Jakarta, Pengurus Pusat Lembaga Seniman Budayawan Muslim Indonesia (Lesbumi) mengundang masyarakat secara umum untuk menghadiri diskusi publik bertajuk “Menguak Kabut Sejarah Kelam Tentang Skenario Kekerasan Sosial Budaya di Balik Konflik 1965”, Senin (5/10) besok, pukul 14.00 WIB.
Forum yang bakal berlangsung di Gedung PBNU lantai 8, Jalan Kramat Raya 165, Jakarta Pusat, ini menghadirkan narasumber, antara lain penulis buku Wijaya Herlambang dan ketua PP Lesbumi K Ng H. Agus Sunyoto.
Ketua panitia M Dinaldo menjelaskan, Wijaya Herlambang sengaja didatangkan karena telah menawarkan perspektif menarik dalam buku karyanya berjudul “Kekerasan Budaya Pasca 1965: Bagaimana Orde Baru Melegitimasi Anti-Komunisme Melalui Sastra dan Film”.
Menurut Dinal, Wijaya Herlambang berpendapat bahwa kekerasan fisik bisa mendapatkan pembenaran selama ada kekerasan budaya mengikutinya. “Ia menggunakan teori “kekerasan struktural” Johan Galtung untuk menjabarkan bahwa kekerasan adalah satu kesatuan yang terdiri dari 3 poin, yakni kekerasan langsung (fisik), kekerasan struktural, dan kekerasan kultural (budaya),” tuturnya.
Dari model pemikiran Galtung itu, lanjut Dinaldo, Herlambang lantas mengurai sejarah kelam negeri ini, yakni kenapa bisa terjadi pembunuhan massal manusia Indonesia yang menganut paham komunisme atau tertuduh komunis pada tahun 1965-1966, dan kenapa sampai sekarang seolah masyarakat Indonesia membenarkan terjadinya pembunuhan massal tersebut.
“Dalam buku ini, Wijaya Herlambang, menguak agen-agen kebudayaan yang di ciptakan pemerintah Orde Baru. Misalnya, klaim kebenaran dalam Film dan novel pengkhianatan G30S PKI merupakan dokumen sosial yang dianggap kebenaran faktual dengan dalih sebuah upaya kreatif,” paparnya.
Diskusi yang terbuka untuk umum ini juga menyambut momen masih ramainya perbincangan seputar Komunisme dan kekerasan tiap di penghujung September dan awal-awal Oktober. (Mahbib)
<div class="tanggal">Sabtu, 03/10/2015 19:37
<b>Nama: azhar</b><br />
apakah sy orang awam boleh ikut?<br />
apakah sy orang awam boleh ikut?
Sumber: NU Online