Pasaman Barat, Bentuk perbuatan munkar yang terjadi di zaman jahiliyah, seperti minuman keras, perkelahian, pembunuhan, perkosaan, perzinaan, perjudian kini kembali marak terjadi di tengah kehidupan bangsa Indonesia. Selain itu, muncul dalam kehidupan kita akhir-akhir ini, narkoba, korupsi, maling, rampok, perselingkuh dan sebagainya. Semuanya itu adalah akibat dari ketidakmampuan seseorang dalam mengendalikan diri ketika berupaya memenuhi berbagai kebutuhan atau menghadapi suatu masalah.
Demikian diungkapkan Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Barat Prof. Dr. H. Asasriwarni, M.H dalam khutbah Idul Fitri, Jumat (17/7) tadi pagi di halaman Kantor Bupati Pasaman Barat, Sumatera Barat. Menurut Asasriwarni, karena perbuatan munkar itu, maka Allah mengingatkan kita melalui bencana demi bencana.
“Diantara bencana di tahun 2015 ini, gempa di Nepal yang terjadi 25 April 2015 lalu yang menewaskan 3. 218 orang. Banjir di Jakarta yang menghilangkan harta dan benda, banjir dan longsor di Pesisir Selatan yang membuat rumah dan sawah ladang porak poranda. Jatuhnya pesawat Hercules C130 di Medan hingga menewaskan 122 orang,” kata guru besar Hukum Islam dan Rektor Institut Agama Islam Negeri IAIN Imam Bonjol Padang ini.
Dikatakatan Asasriwarni, ketika badai mengamuk dan laut terasa ganas, para penumpang perahu dan kapal berseru “Yaa Allah”. Ketika pengendara Unta dan kafilah tersesat di tengah padang pasir, mereka akan berteriak “Yaa Allah”. Ketika bumi digoyang gempa, banjir dan longsor kembali terjadi, kita semua merintih “Yaa Allah”. Ketika angin puting beliung memporak porandakan rumah dan harta benda kita, lantas kita berucap ” Ya Allah”. Ketika terjadi kebakaran, menghanguskan rumah, harta benda yang dicintai, lantas kita berucap “Ya Allah”. Ketika terjadi banjir dan longsor, orang yang kita cintai tertimbun, rumah dan harta tertimbun seperti yang terjadi di Kuranji Padang, lantas berucap “Ya Allah”.
“Ketika semua usaha berakhir dengan kegagalan, semua harapan hilang, lalu semua jalan tertutup, lantas kita berucap “Yaa Allah”. Kepada Allah naik semua kata-kata yang baik dan yang tulus, air mata orang yang tidak berdosa, dan rintihan para korban musibah. Tangan dan mata dipanjatkan kepada-Nya, di saat kesulitan dan ketidakmujuran. Lidah melantunkan rintihan do’a dan memanggil manggil nama-Nya. Hatipun mendapatkan kedamaian, jiwa memperoleh ketenangan, urat saraf menjadi rileks dan fikiran menjadi bangkit. Ini semua bisa dicapai ketika kita mengingat asma Allah SWT dengan sungguh-sunguh,” kata Asasriwarni mantan pengurus IPNU di Padang Magek ini.
Asasriwarni mengajak semua pihak harus bersatu padu memberantas segala bentuk penyakit masyarakat. Seperti judi, minum minuman keras, pergaulan bebas dan pornografi. Sebab semua itu adalah virus-virus yang akan menghancurkan tatanan moral, akhlak dan ekonomi masyarakat. “Yang tidak kalah penting adalah, kita harus memberikan contoh tauladan yang baik, dimulai dari diri masing-masing. Hal yang sia-sia, mengharapkan kehidupan masyarakat madani, apabila orangtua dan pemuka masyarakat masih melakukan perbuatan yang bertolak belakang dengan nilai-nilai agama,” tegas Asasriwarni.
Karena itu, Asasriwarni mengajak kaum muslimin dan muslimat, marilah menjaga, melestarikan dan tetap mengamalkan nilai-nilai Ramadhan yang tertanam dalam jiwa masing-masing. Janganlah termasuk orang-orang yang melakukan perbuatan-perbuatan munkar, setelah selama sebulan penuh berupaya membersihkan diri di bulan Ramadhan. (Armaidi Tanjung/Anam)
Sumber: NU Online