Bom di Masjid Polresta Cirebon dianggap tidak saja mengancam simbol-simbol Amerika-Eropa, tetapi juga simbol Islam dan negara.
Demikian diungkapkan Ketua Komisi VIII DPR, Abdul Kadir Karding, kepada Rakyat Merdeka, Sabtu (16/4).
“Teror bom ini targetnya sudah semakin luas, mulai dari para intelektual. Kemudian simbol-simbol Amerika-Eropa. Lalu sekarang menyerang simbol Islam dan negara,” paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya;
Anda melihat bom bunuh diri di Cirebon bermotif apa?
Ada dua motif dalam peristiwa bom bunuh diri ini. Pertama, mengirim pesan kepada pemimpin negeri ini bahwa mereka masih eksis dengan menyerang kepolisian sebagai sasaran utamanya.
Kedua, ini jelas menciptakan keresahan di tengah masyarakat dengan membuat teror yang terus terjadi.
Ada kemungkinan mereka menyerang lembaga pemerintahan yang lain?
Tidak tertutup kemungkinan mereka menyerang lembaga lain yang di anggap strategis. Jadi, gedung lembaga negara, termasuk DPR, dalam keadaan bahaya. Jadi, harus diwaspadai semua pihak. Sebab, mereka sudah berani menyerang markas kepolisian yang merupakan simbol negara.
Kenapa mereka sampai berani bertindak seperti itu?
Mereka dalam prinsip berjihadnya, apapun mereka lakukan, termasuk menyerang polisi di masjid. Jadi soal masjid itu adalah soal antara saja. Artinya masjid dijadikan sebagai sarana saja, mereka anggap itu bukan bagian dari dosa.
Bagaimana dampak kejadian ini dari sisi politik?
Saya kira ada dua dampak dalam hal ini.
Pertama, kepolisian dan negara dianggap dalam posisi berbahaya atau rawan.
Kedua, pihak luar negeri akan melihat Indonesia tidak bisa menyelesaikan masalah teror dengan baik. Yang pasti timbul keresahan bagi mereka yang ingin berwisata atau berkunjung ke Indonesia.
Kunjungan wisatawan ke Indonesia akan terganggu?
Mereka yang ingin berwisata ke Indonesia akan terganggu. Begitu juga yang ingin berinvestasi di Indonesia, mereka akan ragu.
Apakah pemerintah serius menangani kasus teror selama ini?
Kalau masalah serius, saya yakin pemerintah serius. Tapi terorisme sudah terlalu mengakar dan meluas. Artinya kemampuan untuk mengantisipasinya kurang. Sebab, negeri ini luas sedangkan jaringan mereka sudah menyebar kokoh dan luas serta serta kadernya semakin militan. Negeri ini tidak memiliki kemampuan yang lebih bagus untuk mencegahnya. Jadi, harus dikuatkan lagi sistem pencegahan dan pengendaliannya.
Kan ada program deradikalisasi, sejauh mana bisa mengatasi teror?
Program itu tentu belum maksimum dalam hal sosialisasi dan produktifitasnya. Perlu dikembangkan terus dan diupayakan semaksimal mungkin agar bisa mencegah kejadian itu.
Dari dulu kasus teror tidak pernah terungkap, apa problem utamanya?
Saya kurang paham, tapi saya yakin ini akan terungkap. Sebab, mereka itu disinyalir merupakan orang-orang lama. Kalau kasus bom buku kemarin butuh kerja keras karena orangnya tidak jelas. via RakyatMerdeka