Jakarta, NU Online
Organisasi politik yang mempunyai basis massa NU harus menunjukkan perhatiannya kepada NU jika ingin didukung warga nahdliyyin. Sebab, jika NU merasa diperhatikan, otomatis dukungan itu akan mengalir dengan sendirinya.
Hal tersebut diungkapkan Ketua PCNU Jember, KH. Abdullah Syamsul Arifin saat memberikan ceramah dalam acara pelantikan DPC PKB Jember periode 2010-2015 di aula STAIN Jember, Kamis sore (21/7).
Menurut Gus A’ab –sapaan akrabnya— NU secara organisasi akan tetap netral, tapi warga NU akan memberikan dukungan kepada partai yang “ngopeni” NU. “Tentu sejauh partai tersebut mempunyai missi yang sama dengan NU,” tukasnya.
Dosen STAIN Jember tesebut mengakui, banyak tokoh NU yang menjadi pengurus bahkan fungsionaris partai politik. Dikatakannya, NU ibarat bangunan yang di dalamnya mempunyai banyak kamar, dihuni oleh orang-orang yang mengusung bendera partai politik berbeda.
Walaupun beda kamar, tapi mereka tatap bernaung di bawah gedung NU. “Silahkan kamarnya dirawat, agar warga NU merasa nyaman dalamnya. Kalau tidak dirawat, apalagi warga sampai merasa gerah, maka otomatis warga mencari kamar lain,” sindirnya.
Gus A’ab menambakan, sebagai organisasi massa terbesar di Indonesia, wajar jika banyak partai politik yang selalu mengkaitkan keberadannya dengan NU. Mulai dari partai Islam sampai abangan.
Ia mencontohkan seperti PKB yang tetap mengklaim sebagai anak NU, sedangkan PPP tidak goyah tetap mengaku bagian dai NU, sementara PKNU bisa jadi mengaku anaknya PKB dan sebagainya. “Kapan-kapan bolehlah Partai Demokrat menyatakan anak tiri NU,” kelakarnya.
Mantan Cawabub dari partai Demokrat dan PKB itu mengaku tidak masalah NU mempunyai banyak “anak” asalkan anak yang sholeh. Maksudnya, anak yang bisa memberikan manfaat bagi NU. “Kalau NU punya kegiatan, dan mereka lupa, itu bukan anak sholeh namanya,” jelasnya disambut tertawa sekitar 250 hadirin.