Padang, NU Online
Radikalisme agama sudah merambah wilayah kampus yang sebelumnya bergerak di luar kampus. Kampus dipandang sebagai lembaga yang cukup efektif untuk kaderisasi serta penyebaran gagasan Negara Islam Indonesia (NII). PB PMII sebagai salah satu kekuatan mahasiswa di Indonesia mengimbau seluruh elemen kampus, rektor, dekan, dosen dan mahasiswa mengantisipasi gerakan ini. Sehingga ancaman terhadap kelangsungan NKRI tetap terjamin.
Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Indonesia Indonesia (PB PMII) Addin Jauharuddin kepada NU Online di Padang, Kamis (28/7/2011) menyebutkan, antisipasi gerakan NII di kalangan kampus, PMII gencar melakukan kegiatan di kampus. Diantaranya Dialog Kebangsaan dan Konsolidasi Nasional PB PMII dengan tema Menuntaskan Hubungan Islam dan Pancasila yang digelar Jumat (22/7/2011) lalu di aula LPMP Komplek UNP Padang.
Dialog tersebut menampilkan pembicara Gubernur Sumbar Prof Dr H Irwan Prayitno, MSc, Ketua PBNU Prof Dr H Maidir Harun, dan Ketua Umum PB PMII. Kegiatan dihadiri oleh PC PMII Se-Sumatera Barat, OKP dan BEM di Kota Padang.
Menurut Addin, PMII sebagai organisasi kader selalu menamankan sikap moderat yang berprinsip tawassut dan berpihak pada keadilan dan meghindari pendekatan yang ekstrim. PMII juga mengedepankan sikap tasammuh yang berintikan penghargaaan terhadap perbedaan pandangan dan kemajemukan identitas budaya masyarakat. Ketiga adalah sikap tawazun yaitu sikap seimbang demi tercapainya keserasian hubungan antar sesame manusia dan antara manusia dan Allah Swt.
Dikatakan Addin, selain itu, PB PMII melakukan roadshow ke kampus dalam bentuk talk show dengan misi menjaga keutuhan NKRI, dengan tema menuntaskan hubungan Islam dan Pancasila, radikalisme agama sudah merambah wilayah kampus, dan merupakan ancaman bagi keutuhan NKRI. Gerakan tersebut bercita-cita mengganti ideologi negara, sekarang ada organisasi yang mempunyai karakter radikal dan bergerak sembunyi-sembunyi serta sistematis. Gerakan radikalisme agama ini muncul disebabkan oleh pemahaman agama yang eksklusif yang ada dalam sebagian umat Islam.
“Pertanyaannya, mengapa gerakan radikalisme berkembang di Indonesia. Karena pemerintah tidak serius menjalankan amanah UUD 1945. Pemerintah gagal dalam mensejahterakan masyarakat, fenomena kemiskinan yang semakin parah dan semakin membuat gerakan radikalisme ini tumbuh subur, dan korupsi merajalela di berbagai lini kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Addin menambahkan.
Dialog Kebangsaan tersebut juga dihadiri Ketua PWNU Sumbar Ir H Khusnun Aziz, MM, Sekjen PB PMII A Jabidi RItonga, Bendahara Afnan Hidayat, Ketua Bidang Aparatur Luhamul Amani, Ketua Bidang Perguruan Tinggi Heruddin PB PMII dan Ketua Lembaga URT Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Indonesia Indonesia (PBPMII) Ulil Amri.