Banyumas, NU Online
Banyaknya aliran baru yang meresahkan dan tidak sesuai ajaran Islam, diyakini karena kurangnya pemahaman tentang Islam sehingga banyak umat yang tergelincir dan bahkan mendirikan ajaran yang menyesatkan.
Pesan tersebut tersirat saat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Cilacap, KH Dzul Bashor mengisi ceramah dalam kegiatan haul ke-39 KH Muhammad Sami’un, Akhirussanah dan Khatmil Qur’an wal Kutub Pesantren Ath-Thohiriyyah Grumbul Parakan Onje Desa Karangsalam Kidul Kecamatan Kedungbanteng, Ahad (24/7).
Dalam gelaran yang diikuti ratusan santri dan warga sekitar tersebut, Dzul Bashor mengatakan kemunculan aliran baru yang meresahkan sudah merebak semakin banyak. Dia mengemukakan, daerah Cilacap misalnya, beberapa waktu belakangan ini ditemukan aliran yang menyimpang dari Islam.
“Seperti munculnya NII, aliran Komunitas Milah Abraham (Komar) yang seperti Al Qiadah Al Islamiyyah, serta ada yang mengatakan dirinya sebagai rasul. Kondisi tersebut jelas membuat khawatir, karena itu tidak masuk akal dan pastinya ada sesuatu yang tendensius dibelakangnya, jelasnya.
Meski begitu, dia mengajak untuk segenap umat Islam untuk lebih memperdalam Al Qur’an dan bisa mempelajarinya dengan utuh. Ungkapan serupa juga dikemukakan Pengasuh Pesantren Ath-Thohiriyyah, KH Muhammad Thoha Alawy Al-Hafidz.
Dalam sambutan sebelumnya, Thoha Alawy menekankan tumbuhnya paham radikalisme terjadi karena pemahaman yang setengah-setengah. “Jika orang mempelajari Islam secara utuh, tentunya akan bisa memahami lebih dalam lagi. Karena paham radikalisme tumbuh dari pemahaman yang tidak menyeluruh dan masih setengah-setengah, “jelasnya.
Rangkaian kegiatan yang dimulai sejak Sabtu (23/7) tersebut diisi berbagai kegiatan bernafaskan Islam. Selain itu dalam gelaran khotmil Qur’an tersebut, tercatat jumlah yang menjadi khotimin atau peserta khataman 73 orang.
Dari jumlah tersebut enam santri menghatamkan Al Qur’an 30 juz atau hafidz-hafidzah. Selanjutnya, ada yang khataman bin nadzar (khataman belajar membaca) dan bil ghaib juz 30. Salah satu pengajar, Ahmad Saefudin mengemukakan tahun ini semua santri yang ikut dalam khotmil Qur’an mendapat sertifikat.