Yogya, NU Online
KH Habib Syakur, pria tambun berpeci hitam kombinasi kuning itu, terlihat sibuk. Tangannya gesit menggerakkan mouse, matanya terus memelototi layar monitor laptopnya. Ia sedang membuka account Facebook ”Belajar Baca Kitab Kuning” yang dirintis sejak empat bulan lalu.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Imdad Kauman Desa Wijirejo Kecamatan Pandak Bantul ini yakin, apa yang dilakukan akan memudahkan masyarakat umum mempelajari Kitab Kuning atau bacaan Arab tanpa harakat.
Meski belum genap setengah tahun membuka account tentang belajar Kitab Kuning, soal anggota tak perlu diragukan. ”Saat ini anggota yang terdaftar mencapai 1.033 orang,” ujar lelaki berputra empat ini, seperti dikutip Kedaulatan Rakyat beberapa hari lalu.
Anggotanya secara langsung bisa melihat apa yang ada di account ”Belajar Baca Kitab Kuning”. Dalam account itu, terdapat proses pembelajaran kitab kuning, dari pemula hingga tahap akhir. Dijelaskan juga proses belajar Kitab Kuning via Facebook yang cukup sederhana.
Dengan masuk menjadi anggota account ”Belajar Baca Kitab Kuning”, akan dipandu dari awal hingga akhir.
”Tahap awal tentu, saya tampilkan kosa kata bahasa Arab, bila pelajaran pertama dikuasai, naik ke pelajaran kedua dan begitu hingga pelajaran ke-33,” ujar Kiai Habib yang juga Dosen Fakultas Adab dan Ilmu Budaya Jurusan Bahasa dan Sastra Arab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) ini.
Tidak hanya itu, di statusnya juga ditampilkan tulisan Arab tanpa harakat. Bila ada yang membaca langsung dikirim dalam bentuk ejaan Indonesia. Itu akan mendapat tanggapan salah benarnya dari H Syakur.
Bila ditekuni, belajar Kitab Kuning via Facebook, dalam waktu setengah bulan, seseorang mulai bisa membaca teks Arab tanpa harakat atau kitab gundul. ”Tetapi saya katakan, itu baru mulai bisa, untuk mahir tentu harus terus belajar,” kata suami Ny Kuni Khumairok ini.
Tujuan membuka kursus membaca Kitab Kuning via Facebook sederhana, yaitu ingin mengkampanyekan, bahwa Kitab Kuning bisa dipelajari, bila dilakukan serius. ”Kitab Kuning ini tidak medeni, asal ada niat, pasti bisa,” jelasnya.
Selain itu, dorongan ikut lainnya ialah, Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia, tetapi sangat sedikit yang bisa berbahasa Arab. Bagi lelaki yang memiliki gaya bicara blak-blakan ini niat mulianya bukan tanpa tantangan.
”Banyak juga yang bicara nylekit mengomentari account saya, tetapi saya biarkan saja, niat saya kan baik, apalagi ini Ramadan, tidak baik bila ditanggapi,” jelasnya.
Kini, selain mengasuh santri di pondoknya yang mencapai ratusan juga disibukkan dengan mengajar Kuning via Facebook.