Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama seharusnya dijadikan etape lanjutan bagi alumnus pondok pesantren. Sehingga santri yang telah lama berproses di pondok pesantren dan beraktifitas di bidangnya masing-masing masih mempunyai waktu mengembangkan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah.
Demikian kesimpulan dari perbincangan KH. Nawawi Abdul Jalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan Jawa Timur dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Kiai Nawawi diundang khusus Ketua Umum PBNU, Kiai Said Aqil Siroj untuk bersama memperingati malam Nuzulul Quran di Gedung PBNU, 15 Agustus 2011.
“Alumni Pondok Pesantren Sidogiri yang sekarang menjadi pengurus NU ya menjadi santrinya para kiai di NU,” kata Kiai Nawawi.
Menurut Kiai Nawawi, saat belajar di pondok pesantren seorang santri mendapat bimbingan kiai. Pasca pesantren idealnya aktif di NU dan juga menjadi santri para kiai yang mengurusi Nahdlatul Ulama.
Pada kesempatan yang sama Kang Said mengatakan bahwa penegasan Kiai Nawawi merupakan bentuk perhatian para pengasuh Pondok Pesantren terhadap NU. “Cukup banyak lulusan pondok pesantren saat ini menjadi pengurus di lingkungan PBNU, tidak terkecuali santri Kiai Nawawi Sidogiri,” kata Kang Said.
Kang Said mengakui bahwa proses kaderisasi NU yang paling produktif dan kontinyu memang di Pondok Pesantren. Kondisi ini skenario para pendiri NU agar etos perjuangan alumni pesantren dalam mengembangkan Ahlussunnah wal Jamaah terus berlangsung di tengah masyarakat. Banyak hal positif berkhidmah di NU. Salah satunya adalah mempertemukan kembali kader-kader Ahlussunnah wal Jamaah yang selama ini aktif di segala profesi.
“Capaian individu di satu sisi dan kelemahan di sisi lain bisa ditutupi oleh individu yang lain saat mereka bertemu di NU, dan inilah kekuatan Ahlussunah wal Jamaah di Indonesia.” Pungkasnya.