Malang, NU Online
Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU, mengajak warga NU untuk bersikap lebih kritis lagi pada buku-buku sejarah yang beredar. Sebab banyak buku ditulis tidak dengan maksud ilmiah, namun dengan agenda terselubung di dalamnya.
“Agendanya ingin menyingkirkan peranan Islam tradisionalis dari dunia akademis,” kata Agus Sunyoto, salah seorang Wakil Ketua Lesbumi PBNU kepada NU Online di Malang, beberapa waktu lalu.
Ia mencontohkan, Ensiklopedi Islam yang berjilid-jilid dan tebal-tebal itu, ternyata di dalamnya tidak ditemukan kisah Walisongo. Padahal berbicara Islam nusantara, apalagi tanah Jawa, tidak akan bisa terlepas dari sejarah Walisongo, karena merekalah yang mempelopori Islam masuk dan berkembang ke seluruh pelosok nusantara. Sejarah para tokoh NU pun sangat minim. Kalaupun ada, jumlahnya sangat sedikit dan data yang dimasukkan sangat minim.
Berbeda dengan para tokoh Wahabi di Sumatera Barat. Sekalipun ketokohan mereka hanya bersifat lokal dan tidak dikenal oleh masyarakat luas, nama-nama mereka malah dimasukkan. Terasa aneh dan timpang, memang. Agus menyebut contoh H Miskin, H Sumanik dan H Piabang. “Siapa mereka, siapa yang kenal mereka, kok namanya mengalahkan Kiai Wahab Hasbullah,” ujarnya ketika ditemui di kediamannya di daerah Sawojajar, Malang.
Tidak hanya itu, mantan wartawan koran terkenal di Surabaya itu memberi contoh lain, yakni Kerajaan Demak. Memang ditulis, tapi hanya ada dua tulisan yang pendek-pendek, yaitu tentang Kesultanan Demak dan Masjid Demak. Selebihnya tidak ada. Padahal peranan Demak sangat penting dalam sejarah perkembangan Islam nusantara. Demak itulah yang menjadi sentral perjuangan Walisongo. “Mereka itu memang sengaja ingin menghilangkan peranan Islam tradisional dari sejarah Indonesia,” gumam Agus dengan nada jengkel.
Padahal kalau mau jujur, menurut Agus, peranan Walisongo sangatlah besar dalam membawa Islam masuk ke Indonesia. Sebelumnya, para saudagar muslim dari Gujarat dan Persia tidak dapat masuk ke Indonesia dalam kurun waktu ratusan tahun lamanya, karena kuatnya pengaruh Hindu.
Justru Walisongo-lah yang berhasil membawa masuk Islam ke Indonesia melalui asimilasi budaya setempat. Sampai akhirnya Islam berhasil mendominasi tanpa melalui kekerasan. “Walisongo yang jasanya besar itu malah dilupakan. Ini jelas kesengajaan,” tutur Agus.
Untuk itulah ia meminta agar warga NU lebih selektif memilih bacaan.