Jakarta, NU Online
Mantan Ketua Umum PBNU yang juga Sekjen Internasional Conference of Islamic Scholars (ICIS) KH Hasyim Muzadi, aksi bom bunuh diri di Solo menunjukan bahwa kekerasan atas nama agama masih terus berlangsung. Penyebabnya, karena pemahaman agama yang masih kurang. Untuk itu, pemerintah harus melakukan langkah-langkah pencegahan secara konkret, yaitu melawan radikalisasi agama.
Pertama, agar Badan Nasional Pemberantasan Terorisme harus koordinasi dengan Kementerian Agama dan Departemen Dalam Negeri untuk membuat program dari tingkat nasional sampai tingkat kabupaten/kota. Koordinasi tersebut bisa dilakukan dengan mengumpulkan seluruh tokoh lintas agama.
Demikian rilis Hasyim Muzadi yang diterima pada Senin (26/9). Selain itu, tokoh lintas agama, dihimbau jangan pernah lelah untuk memberi peringatan kepada masyarakat tentang masalah yang menyangkut fundamentalisme agama. “Mengingat selama ini hanya setingkat seminar di tingkat elite. Sehingga partisipasi masyarakat dan tokoh di bawah belum terkoordinasi hingga belum ada gerakan itu,” ujar Hasyim.
Ia mempertanyakan, bagaimana ada preventif action, ada langkah pencegahan sebelum bom meledak. Itu harus tercantum di UU. Tidak perlu takut HAM. Padahal HAM di Indonesia itu belum jelas. Apakah meneror itu HAM? HAM yang sebenarnya itu yang real. Bukan berarti harus korbankan semuanya demi slogan HAM”, ujar Hasyim lagi.
Selain itu kata Hasyim, pola penanganan oleh aparat keamanan dalam menghalau gerakan terorisme harus dilakukan melalui pendekatan kultural agama, pendekatan hukum, security dan pendekatan represi. .”Kalau polisi hanya menembak di jalan malah menyuburkan terorisme,” tambah Pengasuh Pesantren Al Hikam Malang ini.
Sebab, hingga saat kini belum ada strategi yang jitu dan koordinasi yang matang untuk pemberantasan terorisme. “DPR juga tidak boleh membiarkan undang-undang sekarang sehingga jatuh korban yang terus menerus dari orang yang tak berdosa. Juga, BIN tidak tajam menganalisa karena Undang-undang belum tajam. Seluruh ulama se-Indonesia secara bertahap harus diberi pengertian tentang bahaya terorisme,” ujarnya.
Terkait soal motif di balik bom bunuh diri itu, Hasyim beranggapan, motifnya hanya membuat kekacauan dengan menggunakan isu SARA. Diduga aksi bom bunuh diri tersebut ditumpangi kepentingan yang lebih besar.