Tak pelak lagi, selama masa kepemimpinannya yang tak lebih dari dua tahun, Gus Dur lah satu-satunya presiden yang pernah memimpin negeri kaya tapi rakyatnya miskin ini, yang paling banyak melakukan kunjungan ke luar negeri. Dan Kuba, sebagai salah satu negara komunis penting kala itu – juga saat ini – tak luput dari kunjungan Gus Dur.
Arti penting Kuba bagi Indonesia – setidaknya buat Gus Dur – bukan sekedar karena Kuba dianggap sebagai penyeimbang secara ideologis atas paham liberalisme-kapitalis AS. Lebih dari itu, sikap Kuba yang tegas terhadap setiap kebijakan AS yang merugikan dunia internasional, khususnya negara-negara dunia ketiga, menjadi faktor penting dalam menentukan langkah politik luar negeri Indonesia.
Seperti halnya kunjungan ke negara-negara lain, di Kuba pun Gus Dur mendapat sambutan yang luar biasa. Pemimpin revolusi tertinggi Kuba, Fidel Castro, bahkan meminta Gus Dur untuk berbicara di hadapan parlemen mereka. Selepas acara resmi kenegaraan, Gus Dur lalu diajak ke ruangan pribadi Fidel. Gus Dur mengira, akan ada persoalan penting seputar perkembangan politik dunia yang hendak disampaikan Fidel padanya. Namun, sesampainya di dalam ruangan, Fidel malah membicarakan hal lain yang jauh dari perkiraan Gus Dur.
“Abdurrahman, selain seorang presiden, Anda juga dikenal sebagai tokoh agama. Saya kebetulan pernah membaca cerita tentang Yunus (Nabi Yunus) yang dimakan ikan, tapi selamat karena mendapat pertolongan (mukjizat) dari Allah. Bisakah Anda jelaskan kepada saya kronologi selamatnya Yunus dari perut ikan itu.”
Mendapat pertanyaan seperti ini, Gus Dur mulanya kaget. Namun bukan Gus Dur namanya kalau kalau tidak dapat menguasai keadaan. Dengan santai Gus Dur menjawab.
“Fidel, pertanyaan Anda sebenarnya tidak relevan dengan kondisi penglihatan saya. Saya tidak mungkin lagi membuka segala kitab suci itu untuk mencari tahu jawabannya. Tapi begini saja, kalau saya sudah mati, di sorga kelak, saya akan tanyakan ke Yunus bagaimana kronologi selamatnya ia dari perut ikan itu,” jawab Gus Dur sembari senyum.
Fidel yang rupanya tidak puas dengan jawaban Gus Dur, lantas menyela. “Ya, kalau Yunus ada di Sorga. Kalau di neraka bagaimana?”
“Kalau di neraka, itu bukan urusan saya lagi, Fidel. Itu urusan Anda!,” pungkas Gus Dur terkekeh.