Jakarta, NU Online
Wakil Presiden Boediono melakukan kunjungan ke kantor PBNU di jalan Kramat Raya 164 Jakarta Pusat pada Senin, (26/9). Ia diterima oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj bersama dengan jajaran pengurus PBNU lainnya.
Dalam kunjungan tersebut, Boediono makan siang bersama Kiai Said di lt 3. Selanjutnya, sekitar pukul 13.30, ia mengadakan pertemuan yang diikuti oleh seluruh lembaga, lajnah dan badan otonom PBNU.
Kiai Said dalam pertemuan tersebut mengemukakan pentingnya keamanan dan stabilitas nasional, yang harus terus dijaga untuk mengatasi pesoalan bangsa. Situasi politik saat ini juga masih penuh ketegangan akibat penerapan demokrasi yang tidak memadai.
“Kita perlu mengevaluasi secara menyeluruh pelaksanaan demokrasi liberal dan kembali ke nilai-nilai Pancasila yang mengedepankan musyawarah dan kerjasama serta menjamin keadilan dankepercayaan pada tuhan yang maha esa,” katanya.
Masalah kerukunan juga mendapat perhatian dari PBNU. Kerukunan, toleransi dan saling percaya merupakan keniscayaan dari pilar bangsa bhinneka tunggal ika. Dalam hal ini perlu dikembangkan terus menerus tertib sipil serta peningkatan profesionalisme dan kedisiplinan aparat penegak hokum.
“Kerukunan, toleransi atau tasamuh dan sikap saling percaya di tengah kemajemukan masyarakat Indonesia jangan sampai berantakan, porak poranda oleh tindakan esktrim kelompok jaringan terorisme bermodus bom bunuh diri,” paparnya.
Sementara itu, dalam aspek pendidikan, PBNU berharap pendidikan dan kebudayaan nasional diarahkan sebagai sarana pembentukan moral dan karakter bangsa. Sebaba dengan adanya karakter yang kuta itu, bangsa ini memiliki martabat dan kepercayaan diri yang tinggi sehingga menjadi bangsa yang besar, kreatif dan bermartabat.
Mengenai pembangunan nasional, PBNU berharap pembangunan ekonomi hendaklah kembali berpijak pada kepentingan nasional dan sepenuhnya diabadikan untuk kesejahteraan rakyat dengan menggerakkan potensi ekonomi nasional yang sebagian besar ditekuni oleh rakyat, baik pertanian, kelautan dan kerajinan.
“Pengambilan jalan pintas dengan melakukan impor, benar-benar menghancurkan ekonomi nasional dan melumpuhkan usaha rakyat. Ini bertentangan dengan konstitusi dan moral Pancasila,” tandasnya.
Boediono dalam kesempatan tersebut juga menyempatkan diri untuk menengok Pojok Gus Dur, yang merupakan perpustakaan yang berisi buku-buku tentang Gus Dur dan sejumlah koleksi pribadinya.