Demak, NU Online
Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terbelakang dalam segala hal ini dikarenakan terlalu lama hidup dalam penjajahan. Dunia pesantren merasa prihatin dengan merosotnya nilai Agama dan ideologi bangsa. terlebih dirasa bangsa penjajah dalam misinya tidak hanya merebut kekuasaan namun ada misi agama yang merongrong aqidah dan Idiologi bangsa Indonesia ini.
Hal tersebut disampaikan Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam halaqoh kebangsaan yang diselenggarakan Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Demak di Pondok Pesantren Al Islah Sempal Wadak Binroro Demak, 25/92011.
Setelah melalui proses yang panjang, akhirnya para ulama dan para kiai NU yang dimotori oleh KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Khasbullah, KH Bisri Sansuri dan para kiai lainnya mendirikan organisasi yang diberi nama Nahdlatul Ulama (NU).
“Secara historis pesantren, asal usul ke-NU-an dan ke Indonesia an itu seiring seperjuangan, mungkin tidak perlu mendirikan NU kalau tidak untuk Indonesia dan apabila tidak ada NU, Indonesia tidak akan bertahan sampai sekarang, pendiri NU pemilik pesantren,” tandas Gus Yahya.
Dalam sejarah, Nahdlatul Ulama mempunyai andil yang begitu besar, berbasis dunia pesantren para kiai dan ulama mendirikan organisasi NU untuk merebut kemerdekaan RI, bahkan dunia luar, LSM, PBB bahkan lembaga survey mengakui ini.
“ NU punya saham paling besar dalam kemerdekaan Indonesia, secara demografis hasil LSI bahwa NU adalah punya andil besar kemerdekaan Indonesia,” tambahnya.
Gus Yahya menandaskan pada peserta halaqoh kelompok atau faham baru yang frontal, radikal, dan mengaku paling Islam di Indonesia ini tidak tahu sejarah, apalagi sampai mengajak status negara kita ini menjadi khilafah, dan yang lain harus mengikuti mereka.
“ Kalau kita dipaksa ikut sistem khilafah maka kiamat kemanusiaan yang luar biasa yang terjadi di Indonesia,” tandasnya.
Lebih lanjut Gus Yahya juga mengingatkan betapa penting menemukan kembali jati diri pesantren dan ke NU an untuk mempertahan kan (re inventing) ke indonesia an ini dan keutuhan NKRI.