Jakarta, NU Online
Ketenangan umat beragama dalam menjalankan ibadah kembali terkoyak. Sebuah bom bunuh diri meledak Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Kepunton, Solo pada Ahad (25/9). Dari tragedi tersebut tercatat 14 anggota jemaat GBIS luka parah dan 8 lainnya luka ringan. Juga ditemukan seorang korban jiwa yang diduga adalah pelaku bom bunuh diri. Ini mempertegas bahwa negara telah kecolongan dan gagal dalam melindungi warga negaranya dari terorisme.
Dengan demikian Direktur The Wahid Institute (WI) Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid mengutuk dan mengecam tindakan bom bunuh diri tersebut, karena apapun motif dan latar belakangnya, terorisme adalah tindakan biadab dan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Menyadari nama pelaku pemboman itu sebelumnya sudah dalam data kepolisian, hal ini menandakan bahwa aparat Negara kembali kecolongan dan gagal melindungi warga Negara untuk menjalankan ibadah menurut agama dan keyakinannya masing-masing.
“Untuk itu, kami mendesak Negara untuk lebih tegas dalam menjalankan program pencegahan dan penanggulangan benih radikalisme dan tindakan terorisme yang sedang tumbuh subur di Indonesia,” tandas Yenny Wahid di Jakarta, Senin (26/9).
Selanjutnya Yenny menghimbau kepada seluruh masyarakat dan elemen gerakan masyarakat sipil maupun ormas Islam untuk terus menyemaikan paham-paham toleransi dan perdamian di masyarakat, sekaligus menghimbau untuk tidak mudah terprovokasi dengan kasus ini.
Selain itu, pihaknya berharap kepada para jemaat Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) di Kepunton, Solo tetap menjalankan agamanya dan kami menyampaikan rasa simpati yang sedalam-dalamnya dan semoga diberikan ketabahan dan kekuatan lahir dan batin.