Perjalanan industri ponsel khususnya produk brand lokal menyisakan beberapa nama yang sanggup bertahan di tengah kerasnya persaingan. Nexian telah menembus penjualan hingga 10 juta unit saat ini. Selain nama ini, ada pula CSL Blueberry yang kian tangguh dan produknya menjadi idaman di berbagai kota, termasuk Jakarta. Vendor ini sangat komit menawarkan berbagai produk yang mengikuti tren teknologi perangkat seluler. Misalnya, sebagai yang pertama merilis tablet Android sekelas produk dari nama-nama besar pada tahun silam.
“Kami punya basis konsumen yang kuat di berbagai daerah,” ujar Edmundus Leonardus, General Manager CSL Blueberry. Inovasi produk juga terus dilakukan, termasuk merilis ponsel transformer. CSL Blueberry, seperti hasil polling majalah FORSEL pada Juli-Agustus silam masuk empat besar vendor lokal yang memiliki konsistensi dan survive di tengah persaingan.
Untuk mendukung arus bisnisnya, tempo hari CSL Blueberry menambah jaringan layanan konsumen di berbagai daerah, termasuk di Jakarta.Sebuah gedung pusat baru berdiri di kawasan jalan Biak, Jakarta Barat dan gedung lain siap berdiri di Cempaka Mas. Total investasi yang disiapkan untuk melakukan ekspansi bisnis ini mencapai 100 juta dolar.
“Saat ini kami sedang membangun banyak infrastruktur CSL di Jakarta guna melayani konsumen lebih baik.Tahap selanjutnya adalah mengembangkan infrastruktur di luar Jakarta secara nasional,” terang Leonardus yang akrab disapa Leo itu.
CSL melihat bahwa pasar Indonesia masih sangat terbuka. Namun tak sedikit brand berjatuhan karena tak didukung dengan investasi dan dijalankan dengan setengah-setengah. “Banyak yang melakukan strategi hit and run, yang akhirnya malah merugikan konsumen,” tandas Leo.
Di sisi lain, masyarakat juga semakin paham dan pintar memilih produk. Mereka tidak mudah tergiur oleh promo harga murah tapi kualitas layanan terabaikan. Ya, pada umumnya dengan modal sedikit banyak pengusaha yang ambil bagian di bisnis ini. Namun sebenarnya tak cukup dengan modal awal, justru pada saat purnajual itu lah investasi lain perlu disiapkan. produk boleh terdistribusi secara nasional, akan tetapi buat apa jika di daerah tak ditemukan lokasi untuk servis dan sebagainya.
Beberapa contoh sudah pernah terjadi. Anda mungkin pernah mendengar salah satu nama besar yang sempat jadi kuda hitam produk brand internasional, namun sekarang sudah tak terdengar lagi kabarnya. Belajar dari kompetitor pula, CSL lalu membuat strategi yang lebih komprehensif.
Menurut Leo lagi, penambahan investasi juga menjadi sebuah bukti bahwa CSL memang tak main-main dan memberi bukti bahwa mereka memang serius menjalankan bisnis ini, seperti motonya, “Commitment Service Loyality”.
Sumber: Kompas Tekno