Jakarta, NU Online
Jumlah penduduk Indonesia sekarang sekira 237,5 juta jiwa. Jumlah ini menempati urutan keempat terbesar dunia. Tapi kondisi semacam itu, berbanding tebalik dengan Indeks Prestasi Masyarakat (IPM) yang rendah.
Demikian dikatakan Hardiyanto saat memberikan sambutan pada workshop Penguatan Kapasitas Lembaga Pendidikan/Pesantren dalam Penerapan Program Kesehatan Reproduksi Remaja yang diselenggarakan Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama LKKNU bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Nasioanal (BKKBN) pada Kamis, (13/10).
Workhsop yang berlangsung di gedung PBNU ini diikuti 40 orang, terdiri dari para kiai, nyai, dan santriwan/wati dari wilayah DKI dan 8 orang dari Bandung.
“IPM kita sangat rendah. Indonesia menempati posisi 108 dari 188 negara di dunia. Juga di Asia Tenggara, IPM kita jauh tertinggal dari negara lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand dan Filipina. Bahkan dengan Vietnam, kita sering bertukar posisi. Kita hanya lebih tinggi dari Laos, Myanmar dan Timor Leste,” tambah Hardiyanto.
Ia menambahkan, kalau tidak ada penanganan khusus, Indonesia akan mengalami ledakan penduduk kedua kali. Menurutnya, yang diperlukan sekarang bukan jumlah penduduk, tapi kualitas penduduk. Upaya yang mesti dilakukan adalah mengubah cara berpikir remaja melalui keluarga.
Karena itulah ia mengharapkan NU melalui lembaga LKKNU terus bersinergi dengan BKKBN.
Sementara itu, ketua LKKNU, Arif Mudatsir Mandan, menyatakan tujuan LKKNU adalah menciptakan keluarga yang maslahat, sakinah mawadah warahmah, sejahtera, sehat lahir batin. Dengan demikian, sejalan dengan BKKBN.
Arif menambahkan LKKNU memilik jaringan keluarga-keluarga yang berbasis di ribuan pesantren di pedesaan. Sehingga kerja sama semacam ini sangat strategis dan perlu ditingkatkan misalnya, menjadikan pesantren sebagai pusat kesehatan reproduksi remaja dan ibu untuk menciptakan generasi berkualitas.
“Dengan demikian, pesantren akan menjadi agen utama keluarga masalahat dan melahirkan generasi yang berkualitas,” ungkapnya.
Hadir pada kesempatan itu, Otong Abdurahman, mantan ketua LKKNU sebelumnya.