Jakarta, NU Online
Islam di Nusantara atau Asia Tenggara mempunyai ciri khasnya sendiri. Islam Nusantara mampu membentuk variannya sendiri. Namun demikian syariat Islam telah mampu melengkapi kehidupan penduduk Muslim Nusantara.
“Pada masa lalu, Islam tumbuh dan berkembang secara dinamis. Islam Nusantara merupakan rangkaian sejarah panjang peradaban Islam Asia Tenggara, baik secara sosial, intelektual maupun sejarah kebudayaan,” kata Sekjen Bahrul Hayat pada Pertemuan SOM MABIMS ke-36 di Mataram – Lombok – Nusa Tenggara Barat, baru-baru ini.
“Sifat Islam Nusantara sebagai agama egaliter radikal yang mampu menghapus sistem kasta dan praktikSati (keharusan seorang janda membakar diri di api yang membakar jasad suaminya) yang kala itu menjamur di Nusantara,” imbuh Bahrul.
Ia juga mengatakan, meski konstalasi politik dunia belum mencerminkan rasa keadilan dan cenderung tidak bersahabat dengan Islam, sebagai warga muslim, hendaknya tidak berputus asa. “Allah SWT telah menjamin, pasti ada jalan keluar dalam segala kesulitan, keberhasilan hanya bisa diraih dengan kesungguhan. Kesungguhan adalah ketika kita, dengan sadar, merumuskan langkah-langkah strategis bersama, untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan negara kita.” terang Bahrul.
“Kami, sangat antusias dan menganggap penting setiap penyelenggaraan SOM (Senior Official Meeting). Di pertemuan ini, kita dapat menggali dan berbagi pengalaman tentang solusi-solusi kreatif, agar ke depan, Islam mampu menjadi sumber informasi dan inspirasi. Untuk itu, pada kesempatan SOM ini kali kami sengaja mengusung tema: Membangun Peradaban dan Islam Nusantara.” lanjut Bahrul.
Sekjen juga mengharapkan, dengan semangat tema di atas, umat Islam Nusantara di negara serumpun mampu mendirikan, membina dan menegakkan kemajuan, kecerdasan, baik fisik, intlektualitas maupun spiritualitas berdasar Islam ala nusantara. Indo Melayu merupakan satu di antara tujuh entitas peradaban Islam yang ada.
Selain Indo Melayu, Islam berkembang, berkelindan dan berbudaya sesuai tradisi di enam tempat lain. Yakni di wilayah peradaban Islam – Arab, Islam – Persia (Iran), Islam Turki, Islam Afrika (kulit hitam), Islam Anak Benua India dan Peradaban Islam di Western Hemisphere.
Sekjen juga meyakinkan para peserta SOM ke-36 untuk membuat sejarah peradaban Islam sendiri. “kalau bukan kita yang berperan agar Islam mampu menjadi spirit dan kebanggaan generasi ke depan, siapa lagi? Untuk itulah, pertemuan SOM ini kita upayakan untuk mencari langkah-langkah strategis guna mencapai kemakmuran bersama, dalam bingkai keagamaan, sejarah dan jati diri bangsa. Mari, kita bersama bersatu Membangun Peradaban Islam Nusantara” terang Sekjen.
Pertemuan SOM MABIMS juga digelar diskusi dengan menghadirkan pembicara dari Kabalitbang dan Diklat Prof. Dr. H. Abdul Djamil MA, Dr. H. Abdul Latif bin H. Ibrahim (Brunei) Tuan Haji Rajani bin H. Sahabuddin (Malaysia), dan Ustad H. Irwan Hadi (Singapura).
Sementara para BELIA MABIMS (junior) empat Negara (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) sedang melakukan kegiatan dari Jakarta – Mataram (29 September – 6 Oktober 2011), para senior (SOM) di Kementerian Agama 4 negara, juga melakukan pertemuan di Hotel Santosa; Kota Mataram – NTB dari 3 – 6 Oktober 2011.