Perusahaan antariksa Jepang, Astroscale, pada hari Senin mengumumkan akan menandatangani kontrak senilai ¥12.000 juta (sekitar Rp1,6 triliun) dengan Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA) untuk membersihkan bagian atas roket H-IIA milik JAXA dari orbit. Kontrak berdurasi lima tahun ini menjadi langkah besar dalam upaya pembersihan sampah luar angkasa yang semakin mendesak.
Astroscale akan menggunakan satelit canggih bernama ADRAS-J2 yang dilengkapi lengan robot untuk menangkap dan menurunkan bagian roket tersebut. Sisa-sisa roket ini dikategorikan sebagai objek non-kooperatif, yang artinya tidak memiliki komunikasi aktif dan tidak memberikan informasi lokasi, sehingga bisa bergerak tak terduga dan berpotensi membahayakan.
Proyek ini merupakan tahap kedua dari program “Commercial Removal of Debris Demonstration” (CRD2). Selain membersihkan sampah luar angkasa, program ini juga berfungsi sebagai bukti konsep untuk layanan pembuangan sampah luar angkasa komersial di masa depan.
Dalam sebuah laporan [PDF], Astroscale menyatakan bahwa perjanjian ini “merupakan penghargaan terbesar dalam sejarah grup kami dan menjadi misi penting untuk pengembangan berkelanjutan Active Debris Removal (ADR) di masa depan.”
Laporan tersebut juga menjelaskan bahwa kontrak untuk Fase II akan dimulai pada 20 Agustus 2024 dan berlanjut hingga akhir Maret 2029.
Upaya Pembersihan Sampah Luar Angkasa yang Terus Berlanjut
Fase pertama program CRD2 dimulai pada Februari 2024 dengan menggunakan pendahulu ADRAS-J2, yaitu ADRAS-J. Fase ini berfokus pada pendekatan dan analisis sampah luar angkasa, termasuk pergerakan, kondisi struktural, dan potensi kerusakan atau deteriorasi. Astroscale bertanggung jawab atas desain, manufaktur, pengujian, peluncuran, dan pengoperasian ADRAS-J.
Pada bulan April 2024, JAXA merilis gambar booster yang sudah tidak digunakan yang diambil oleh ADRAS-J dari jarak beberapa ratus meter. Setelah keberhasilan itu, JAXA menunjuk Astroscale untuk menyelesaikan Fase II.
Roket H-IIA yang dimaksud diluncurkan pada tahun 2009 untuk membawa satelit pengamatan bumi GOSAT. Bagian atas roket ini memiliki panjang sekitar 11 meter dan diameter 4 meter, dan tetap berada di orbit sekitar 600 km (373 mil) dalam kondisi tidak berfungsi.
Astroscale menegaskan bahwa sejak terpilih untuk proyek ini pada bulan April 2024, dampak finansial dari Fase II telah dimasukkan ke dalam perkiraan fiskal mereka. Pendapatan diperkirakan akan diakui selama masa kontrak.
Perhatian Terhadap Peningkatan Sampah Luar Angkasa
Meskipun demikian, berita ini disambut positif oleh pasar saham. Saham Astroscale naik 19 persen pada hari Senin.
Saat ini, lebih dari 30.000 objek dengan ukuran lebih dari 10 sentimeter dilacak sebagai sampah luar angkasa oleh berbagai badan antariksa. Sampah ini dapat mengganggu pengamatan astronomi dan berkontribusi pada masalah lingkungan di Bumi. Di luar angkasa, sampah ini menimbulkan risiko tabrakan yang mengancam keselamatan dan fungsionalitas misi antariksa.
Dengan semakin meluasnya eksplorasi luar angkasa global dan inisiatif satelit broadband, kekhawatiran tentang manajemen sampah di orbit semakin meningkat.
Peluang Bisnis di Tengah Ancaman Sampah Luar Angkasa
Skenario ini, meskipun mengkhawatirkan, juga menghadirkan peluang bagi bisnis seperti Astroscale. Permintaan untuk layanan pembersihan sampah luar angkasa diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan aktivitas antariksa.
Kesimpulan
Kontrak yang diraih Astroscale dari JAXA menandai langkah penting dalam upaya global untuk mengatasi masalah sampah luar angkasa yang semakin mengkhawatirkan. Dengan teknologi canggih dan pengalaman mereka, Astroscale berperan penting dalam menjaga kebersihan dan kelestarian ruang angkasa untuk generasi mendatang.
Peningkatan kesadaran dan investasi dalam teknologi pembersihan sampah luar angkasa akan menjadi kunci untuk memastikan kelanjutan eksplorasi luar angkasa yang aman dan berkelanjutan.