
Dalam perkembangan yang mengejutkan di tengah gugatan antitrust yang sedang berlangsung terhadap Google, terungkap bahwa beberapa nama besar di industri teknologi menunjukkan minat untuk mengakuisisi peramban (browser) Google Chrome. OpenAI, Perplexity, dan Yahoo dilaporkan sebagai tiga perusahaan yang bersedia membeli Chrome jika Google terpaksa menjualnya.
OpenAI, yang dikenal sebagai pesaing utama Google di bidang kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), secara terbuka menyatakan ketertarikannya. Reuters melaporkan bahwa seorang eksekutif OpenAI memberi tahu hakim bahwa perusahaan tersebut tertarik untuk membeli Chrome. Sebelumnya, OpenAI juga pernah mengajukan tawaran kepada Google untuk memanfaatkan teknologi pencarian Google dalam ChatGPT, tetapi tawaran tersebut ditolak. Email dari OpenAI kepada Google menyatakan bahwa penggunaan Application Programming Interface (API) Google akan memungkinkan OpenAI untuk memberikan produk yang lebih baik kepada pengguna.
Perplexity, sebuah perusahaan mesin pencari berbasis AI, juga mengungkapkan ketertarikannya untuk mengakuisisi Chrome. The Verge melaporkan bahwa Dmitry Shevelenko dari Perplexity menanggapi pertanyaan hakim tentang apakah ada pihak lain yang dapat menjalankan Chromium (proyek peramban sumber terbuka yang menjadi dasar Chrome) pada skala yang sama dengan Google tanpa mengurangi kualitas atau mengenakan biaya. Shevelenko menjawab bahwa dia yakin Perplexity dapat melakukannya.
Yahoo, yang pernah menjadi raksasa internet, juga dikabarkan berminat untuk membeli Chrome. Perusahaan ini rupanya sedang mengerjakan proyek peramban web sendiri. Brian Provost, General Manager Yahoo Search, mengatakan bahwa mengakuisisi Chrome akan menjadi cara yang lebih cepat untuk meningkatkan skala. Provost menambahkan bahwa Chrome adalah “pemain strategis yang paling penting di web” dan memperkirakan bahwa pangsa pasar mesin pencari Yahoo dapat melonjak hingga “dua digit” jika Yahoo berhasil membeli Chrome.

Potensi penjualan Chrome ini muncul di tengah tekanan regulasi yang semakin meningkat terhadap Google. Departemen Kehakiman Amerika Serikat dan beberapa negara bagian menggugat Google atas dugaan praktik monopoli ilegal di pasar pencarian dan periklanan daring. Gugatan tersebut menuduh Google menggunakan posisinya yang dominan untuk menekan persaingan dan merugikan konsumen.
Jika Google dipaksa untuk menjual Chrome, hal itu akan menjadi perubahan besar dalam lanskap peramban web. Chrome saat ini adalah peramban yang paling banyak digunakan di dunia, dengan pangsa pasar lebih dari 60%. Penjualan Chrome dapat membuka pintu bagi pesaing untuk mendapatkan pijakan yang lebih kuat di pasar dan berpotensi mengarah pada inovasi dan pilihan yang lebih besar bagi pengguna.
Namun, ada juga kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi pada Chrome jika diakuisisi oleh perusahaan lain. Beberapa pengguna mungkin khawatir bahwa pemilik baru dapat membuat perubahan yang tidak mereka sukai, seperti menambahkan fitur yang tidak perlu atau mengubah cara peramban bekerja. Ada juga kekhawatiran tentang privasi, karena pemilik baru mungkin memiliki kebijakan privasi yang berbeda dari Google.
Masih belum jelas apakah Google akan dipaksa untuk menjual Chrome. Gugatan antitrust masih berlangsung, dan keputusan akhir dapat memakan waktu bertahun-tahun. Namun, minat dari OpenAI, Perplexity, dan Yahoo menunjukkan bahwa ada banyak potensi pembeli untuk Chrome jika Google memang harus berpisah dengannya.
Pertanyaan yang tersisa adalah: Apakah Kamu akan terus menggunakan Chrome jika salah satu dari merek ini berada di belakang kemudi? Hal ini akan sangat bergantung pada bagaimana pemilik baru menangani peramban dan apakah mereka dapat mempertahankan kualitas dan inovasi yang telah menjadi ciri khas Chrome selama bertahun-tahun.