
Setelah bertahun-tahun berjuang dengan regulasi ground effect, tim Mercedes akhirnya dapat memulai musim 2025 dengan serangkaian hasil positif. Situasi ini sangat kontras dengan tiga musim sebelumnya, di mana Toto Wolff selalu dipusingkan dengan masalah pengembangan mobil. Kini, skuad Mercedes berada dalam suasana yang jauh lebih tenang dan menyenangkan karena mereka akhirnya memiliki mobil yang dapat diandalkan di sirkuit.
Mercedes saat ini menduduki posisi kedua klasemen konstruktor dengan koleksi 111 poin dari lima balapan pertama musim 2025. Ini merupakan torehan terbaik mereka sejak era ground effect dimulai. Mereka memang tertinggal 77 poin dari McLaren yang tampil terlalu superior di depan, tetapi itu bukanlah target utama mereka. Dengan performa W16 yang ada, target realistis bagi Mercedes adalah berada di peringkat kedua dan mengungguli Red Bull serta Ferrari, terutama mengingat peningkatan positif yang mereka tunjukkan di musim 2025 sejauh ini.
Konsistensi menjadi kunci bagi Mercedes untuk mengumpulkan lebih dari 100 poin. Selalu finis di lima besar dengan tiga podium yang diraih George Russell dari lima balapan merupakan catatan yang sangat membantu Mercedes mendongkrak poin di klasemen konstruktor. Russell berulang kali menempatkan Mercedes di posisi terbaik, seperti di GP Australia di mana ia berada di tempat ideal untuk mencuri podium. Di Shanghai, Russell berhasil kualifikasi di peringkat kedua yang kemudian ia konversi menjadi tambahan podium saat balapan. Sementara itu, di Bahrain, Russell mencatatkan race terbaiknya musim ini dengan meraih podium runner-up, meskipun W16 mengalami banyak masalah serius menjelang finis.
Kecepatan adaptasi rookie Kimy Antonelli juga patut diapresiasi tinggi. Ia mampu mencetak poin dalam empat dari lima balapan debutnya di F1 bersama Mercedes. Penampilannya semakin membaik dari satu balapan ke balapan selanjutnya dan semakin membuktikan bahwa pilihan Toto Wolff untuk langsung menempatkannya di tim utama adalah keputusan yang tepat. Hasil terbaik Antonelli sampai saat ini memang masih di race pertamanya di Australia dengan finis keempat, tetapi ia semakin konsisten seperti yang ditunjukkannya di Jepang dan Arab Saudi. Penampilannya menunjukkan kematangan dalam aspek penyesuaian setup mobil.

Dengan kedua pembalapnya yang mampu meraih poin secara konsisten di papan atas, tidak heran jika Mercedes menjadi tim terbaik kedua di klasemen konstruktor. Tentu saja, ini bukan hanya soal pembalap, tetapi juga peran tim dalam memberikan mobil yang kompetitif. Sementara tim besar lain seperti Red Bull dan Ferrari memiliki masalah dengan pengembangan mobil yang dibuat agresif sehingga handling-nya sulit di-setting secara optimal, Mercedes tetap bertahan dengan ciri khasnya sejak dulu.
W16 tetap didesain sebagai mobil yang user-friendly atau mudah dikemudikan oleh kedua pembalapnya. Sudah menjadi ciri khas bagi Mercedes sejak dulu jika pengembangan mobilnya ditujukan untuk gaya balap yang lebih general dan mudah diadaptasikan ke kedua pembalapnya. Mereka tidak condong ke satu pembalap secara spesifik, yang secara otomatis mendukung mereka untuk bisa tampil maksimal di setiap akhir pekan. Pengembangan mobil W16 kembali ditujukan ke arah tersebut sebagai fondasi kuat Mercedes untuk menatap musim 2026 dan seterusnya. Selain karakteristik user-friendly, Mercedes juga cenderung bermain aman. Banyak dari komponen di W16 merupakan hasil development dari mobil musim lalu dan mereka tidak seagresif Ferrari yang merubah kembali konsep fundamental mobilnya untuk musim 2025. Hal ini memungkinkan mereka untuk mengeliminasi sejumlah masalah yang ada di mobil tahun lalu serta menghasilkan beberapa improvisasi di performanya.
Problem seperti sensitivitas mobil terhadap suhu panas dan inkonsistensi setup window sudah bisa diatasi di W16. Pada balapan di Bahrain ketika aspalnya berada di suhu panas, Mercedes bisa tampil kompetitif di barisan depan, bahkan meskipun salah strategi dengan memasang ban soft di akhir stint bagi Russell. Inkonsistensi setup walaupun belum hilang 100%, Russell dan Antonelli bisa memiliki patokan setup yang lebih konsisten atau bisa dipercaya daripada mobil musim lalu yang bisa membuat engineer overthinking. Sekarang, mereka bisa membuat beberapa adjustment tanpa takut kehilangan performa secara signifikan di kualifikasi serta balapan karena setup window-nya lebih luas. Semenjak tes pramusim Bahrain, mobil W16 memang nampak paling stabil dalam semua aspek dan itu cukup terbukti dalam lima balapan pertamanya musim ini.
Peningkatan terbesar yang dibuat Mercedes adalah di performa tikungan cepat dan medium yang lebih kuat dari mobil pendahulunya sebagai efek dari peningkatan downforce di area diffuser serta airflow suspensi belakang. Di Arab Saudi, Russell hanya 0,1 detik di belakang Verstappen dan Piastri, yang andaikan di tikungan terakhir ia lebih berkomitmen ketika lihat breaking, mungkin saja Mercedes bisa pole. Selain dari downforce mechanical, W16 juga dibuat lebih kaku yang meskipun secara driveability mungkin tidak semulus tim lain, tapi secara performa itu memberikan pembalap kepercayaan yang lebih saat melibas tikungan cepat. Mercedes juga jadi tim yang bisa eksploitasi flexwing secara optimal baik di sayap depan ataupun belakang yang membuat efisiensi mereka jadi lebih bagus tanpa harus korbankan performa di tikungan lambat. Menariknya, James Allison tidak memerlukan perubahan-perubahan besar dari segi desain mobil untuk perbaikan performa Mercedes.
Mercedes memang membangun ulang sasis mereka untuk mobil 2025, tetapi perubahan yang dibuat tidaklah sebesar Ferrari yang mengubah suspensi depannya menjadi pullrod dan mempengaruhi semua komponen di mobil. James Allison bersama Simone Resta hanya melakukan optimalisasi untuk membuat W16 lebih mudah dikemudikan dan lebih stabil secara platform. Mereka tidak memerlukan elemen anti-dive yang ekstrem seperti di McLaren atau Red Bull untuk membuat mobilnya jadi lebih kaku. Mercedes hanya cukup memundurkan komponen steering rack di suspensi depan dan merapatkan jaraknya dengan wishbone bawah. Ada dua keuntungan yang didapat dari perubahan posisi itu. Pertama, untuk memperbaiki distribusi berat, lalu kedua adalah mempermulus pengaturan airflow di suspensi yang diarahkan ke terowongan ground effect. Konfigurasi pushrod yang masih dipertahankan Mercedes memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi perubahan-perubahan posisi di kaki suspensi seperti ini. Dari modifikasi minor itu saja, Mercedes bisa selesaikan dua masalah sekaligus, yaitu temperatur ban jadi lebih terkontrol serta mobil mereka juga lebih stabil.
Namun, meski sudah banyak kemajuan di W16, bukan berarti Mercedes tidak punya masalah. Karena mereka bermain aman di semua aspek, performa Mercedes mungkin hanya mentok di situ-situ saja atau hanya cukup bagus untuk konsisten di lima besar. Mereka akan kesulitan untuk bisa mendobrak duo McLaren dan Max Verstappen atau bahkan Ferrari yang masih punya potensi besar di SF25 dengan pendekatan agresif yang diterapkan. Mercedes juga masih punya beberapa pertanyaan, terutama setelah GP Arab Saudi yang berlangsung sedikit mengecewakan di mana Toto Wolff melabelinya sebagai performa terburuk sejauh ini.
Meskipun Russell tampil bagus di kualifikasi, ketika balapan Mercedes justru loyo karena kesulitan dalam manajemen ban dengan degradasi yang tinggi. Mereka kalah dari Charles Leclerc yang mampu terapkan strategi go-long dan menciptakan tire offset dengan Russell serta disalip oleh Lando Norris yang pakai strategi alternatif ketika pit dan ganti ke hard. Baru kemudian kecepatan Russell relatif sama dengan Leclerc yang masih bertahan dengan ban medium dan terbantu dengan clean air finis di posisi 5 dan 6. Mercedes sedikit bingung dengan apa yang mereka alami di Jeddah dalam persoalan degradasi ban di suhu panas yang kembali muncul.
Hal ini bisa jadi karena beberapa hal spesifik seperti suhu trek yang lebih panas dari musim lalu serta Pirelli yang membawa set ban yang lebih lunak ke Arab Saudi, menyebabkan Mercedes kaget karena perbedaan data dari tahun sebelumnya. Wakil direktur teknis Mercedes, Simoni Resta, mengklaim kalau masalah degradasi ban lebih disebabkan karena Russell terlalu ngepush mobilnya untuk menyamai kecepatan Leclerc dan bertahan dari Norris, sementara Antonelli di fase-fase akhir balapan bisa catatkan waktu yang lebih kencang dari Russell karena bisa mendinginkan suhu bannya di pertengahan balapan yang mendukung pernyataan Resta tersebut. Tetapi, itu tidak menjawab sepenuhnya kenapa Russell di stint pertama harus masuk pit lebih cepat setelah dia mengeluhkan bannya terlalu panas dalam 10 lap pembuka.
GP Miami pekan depan akan jadi tantangan baru bagi Mercedes karena sirkuit di sana juga terkenal panas dan sangat menyiksa ban, plus sama seperti di Jeddah, Pirelli akan membawa kompon ban yang satu tingkat lebih lunak dari musim lalu. Mercedes mengetahui jika masalah di seputar temperatur panas belum sepenuhnya hilang di W16 dan mereka sedikit ketar-ketir dengan performa di Arab Saudi kemarin bisa terulang di balapan-balapan setelah ini yang mayoritas akan berjalan di musim panas. Jelas, konsistensi Mercedes di lima besar akan sangat diuji mulai GP Miami pekan depan dan kita akan lihat apakah pendekatan main aman yang mereka lakukan musim ini bisa berhasil atau tidak.