Magelang,
Nabi Muhammad SAW datang ke muka bumi untuk menyempurnakan akhlak manusia. Itu merupakan tugas utama Rasulullah SAW, kemudian baru memerintahkan shalat, zakat dan semuanya bermuara untuk perbaikan akhlak manusia.
Hal itu disampaikan KH Yusuf Chudlori dalam refleksi akhir tahun dan haul KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ke-6 di Pondok Pesantren Entepreneur API Tempuran, Magelang, Jawa Tengah, Kamis (31/12) malam.
“Shalat itu ya bagian dari mempurna, memperbaiki akhlak kita. Dengan takbir Allahu akbar, orang seharusnya semakin tawadu’, lembah manah, setelah shalat berakhlakul karimah. Jika setelah shalat tidak bisa tertunduk, malah sombong, maka dipertanyakan shalatnya,” kata kiai yang akrab disapa Gus Yusuf tersebut di hadapan para santri, komunitas Gusdurian dan seniman.
Menurut Pengasuh Pondok Pesantren Entepreneur API Tempuran, Magelang itu, sekarang ini banyak orang setelah keluar dari masjid merasa paling benar dan paling Islam, gampang menyalahkan mengkafirkan saudara sendiri. “Jadi sepanjang tahun kemarin hanya bisa mengkafirkan sesama muslim,” katanya.
Padahal, lanjutnya, Ibnu Athoilah memberikan perumpamaan, maksiat yang bisa menghasilkan penyesalan lebih baik daripada ibadah, tapi setelah itu malah sombong dan berbuat keji.
Ia menyebutkan, di Syuriah, Libya telah porak poranda. Sesama saudara muslim saling teriak Allahu akbar yang sama-sama mengaku benar dan saling membunuh. “Berapa ulama yang dibantai dalam peristiwa itu. Berapa nyawa yang melayang, berapa ribu yang menjadi janda dan menjadi pengungsi?” tanyanya.
Menurut dia, hal itu sekarang muncul istilah jangan sampai Indonesia seperti di Syuriah. Untuk hal itu, Gus Dur menanamkan ajaran toleransi dan menghargai perbedaan keyakinan dan beda pendapat sehingga tidak mudah terprovokasi aksi teror mereka.
Teror di dunia maya
Sementara itu, anggota komunitas Gusdurian Magelang Raya Sholahuddin al-Ahmed mengatakan, trent teror sekarang ini tak hanya di media nyata, tapi juga di media maya (internet/online) . Hampir setiap hari di sosial media ada teror yang mengancam seseorang atau kelompok minoritas.
“Salah satu modusnya adalah menyebarkan tawuran dari sebuah situs yang memuat kabar berita provokasi, fitnah, dan juga berita bohong. Dalam waktu tak lama berita itu menyita sebagian besar masyarakat sosial media netizen. Bahayanya adalah terjadi saling menghujat satu dengan yang lainnya. Saling membenci, mudah mengkafirkan dan memusyrikkan padahal beritanya adalah berita bohong yang tak jelas sumbernya.
Aktivis Cyber Army Aswaja Jawa Tengah ini mencontohkan, baru-baru ini muncul berita telah dieksekusi mati penyair Syiah di Iraq bernama Ahmad Nu’aimi. Berita ini dibuat serius dilengkapi foto dan dirilis di media tertentu. Dalam waktu sekejap, berita itu menghebohkan.
“Setalah diinvestigasi, ternyata berita tersebut bohong atau hoax. Padahal berhari-hari berita ini telah menebarkan kebencian antara yang anti Syiah dan tidak. Kondisi seperti ini sangat mengkhawatirkan. Makanya di sosial media hati-hati dalam menerima informasi harus dikroscek dulu. Jangan ditelan mentah-mentah kemudian ikut-ikutan mengkafirkan orang yang belum tentu kafir,” tambahnya.
Malam refleksi tahun baru sekaligus Haul Gus Dur berjalan cukup khusuk. Selain tahlil, shalawat dan pembacaan doa untuk Gusdur, budayawan Prie GS juga membakar semangat para santri serta pengagum Gusdur (Gusdurian). (Ahsan fauzi/Abdullah ALawi)
Sumber: NU Online