Malam itu tiga pemuda datang bertamu ke rumah seorang kiai. Mereka mempunyai hajat yang sama, yaitu hendak melamar anak gadis Pak Kiai.”Siapa namamu?” tanya si kiai kepada pemuda pertama.
“Anas, Kiai.”
“Namamu bagus itu. Maksud kedatangan?”
“Mau melamar putri njenengan, Kiai”
“Oh iya? Kalau gitu saya tes dulu ya.. Coba kamu baca surat an-Nas sesuai dengan namamu.”
“Baik, Kiai…. ”
Lalu dia membaca surat an-Nas dengan lancar. Pak Kiai manggut-manggut.
“Kamu… Siapa namamu?” Pak Kiai menatap pemuda kedua.
” Thoriq, Kiai.”
“Hmmm, nama yang bagus. Sekarang tesnya sama ya… Kamu baca surat At-Thoriq.”
“Baik, kiai… ”
Lalu pemuda kedua itu pun membaca surat At-Thoriq dengan lancar. Pak kiai manggut-manggut sambil menatap pemuda ketiga yang tampak pucat.
“Nah, kamu! Siapa namamu?”
Si pemuda ketiga berkeringat dingin. Dengan gemetar dia jawab, “Imron, Kiai… tapi biasa dipanggil Qulhu.”
“Hah?!!”
(Jajang)
Sumber: NU Online