Kalau dulu ada istilah “sepak bola gajah” untuk menyebut pada sebuah pertandingan yang sudah “diatur” hasilnya. Selain itu, mungkin perlu ditambahkan istilah baru “sepak bola mujahadah”, merujuk pada kisah perjalanan tim sepakbola Pondok Pesantren Al-Manshur pada Kompetisi Liga Santri Nusantara (LSN) U-17 tahun 2015.Betapa tidak, kesebelasan asal Popongan Klaten Jawa Tengah tersebut lolos sebagai juara grup, tanpa keluar keringat setetes pun.
Pertandingan pertama mereka menang WO, atas pesantren Al-Ikhlas Dawar. Selanjutnya, mereka ditantang Pesantren Ta’mirul yang sebelumnya mengalahkan Al-Ikhlas. Dasar bejo, entah karena faktor apa, tiba-tiba Ta’mirul tidak hadir dan kemudian dinyatakan WO. Al-Manshur pun kembali menang tanpa bertanding.
Usai menang, antara senang dan kecewa, para santri mengungkapkan perasaan mereka. Sebut saja Joko, Dul, dan Rokim.
Rokim: Wah, gak nyangka aku, tim kita bisa lolos.
Joko: Bagaimana ini kang. Sudah jauh-jauh datang ke Solo, kok malah ndak jadi bertanding?
Dul: Lha iya ta, semalam juga sudah direwangi mujahadahan, biar kita bisa lancar mainnya, je.
Rokim: Tapi. Apa ya karena mujahadahan itu, kita justru bisa menang tanpa bertanding?
Dul: hehe ya bisa jadi, berkah doanya Mbah Kiai.
Beberapa hari kemudian, dalam pertandingan semifinal grup, Al-Manshur akhirnya kalah telak, dibantai tim sepakbola Mambaul Hikmah Selogiri dengan skor 1-6.
Mungkin, malam sebelumnya mereka lupa mujahadahan atau mujahadahan tim lawan lebih ampuh? Barangkali, ini hanya terjadi di liga santri.
(Ajie Najmuddin)
Sumber: NU Online