Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melakukan penandatanganan kesepakatan kerjasama dengan Surya Institute untuk meningkatkan pendidikan matematika dan sains pada berbagai institusi pendidikan, baik pesantren maupun sekolah umum yang berada dibawah naungan Maarif NU dan Rabithah Maahid Islamiyah (RMI).
Penandatanganan dilakukan oleh KH Said Aqil Siradj dan Prof Dr Johannes Surya. Keduanya berharap dengan kerjasama ini, mampu mempercepat upaya menghasilkan 30 ribu Doktor di Indonesia di tahun 2030 untuk mencapai Indonesia sejahtera.
Kiai Said menegaskan kerjasama ini sangat tepat mengingat komunitas NU merupakan komunitas yang paling membutuhkan dukungan. “Kalau mau kerjasama dengan hasil yang maksimal, ya dengan NU. Kalau dengan ormas lain, kondisinya sudah cukup baik,” katanya.
Sementara itu Johannes Surya menegaskan, jika proses penciptaan ilmuwan di Indonesia ini berhasil maka Indonesia akan mampu memproduksi ilmu pengetahuan baru, tidak mengambil dari Barat. Dunia Timur akan menjadi kiblat peradaban lagi.
“Kejayaan Islam juga bisa dimulai dari Indonesia,” katanya.
MoU ini akan ditindaklanjuti dengan berbagai pelatihan guru dan institusi dibawah naungan NU yang mencakup bagaimana mengajar matematika dan sains yang GASING (GAmpang, ASyik dan menyenaNGkan). Guru yang dilatih akan melatih guru-guru lain, sampai semua guru matematika dan sains ini mampu mengajar secara GASING.
Sejalan dengan itu, program GIPIKA (Gerakan Ibu Pandai matematIKA) yang diguirkan 11 Januari 2011 yang lalu, yang menerapkan metode pembelajaran Matematika GASING bagi para ibu untuk diajarkan pada anak-anaknya, juga disebarluaskan diantara Fatayar dan Muslimat NU sehingga sekitar enam juta anak dibawah naungan NU diharapkan menguasai metode Matematika GASING dari para ibunya.
Maematika dan sains GASING sendiri merupakan suatu metode belajar matematika dan sains yang dikembangkan oleh Prof Yohanes Surya PhD. Metode ini demikian mudah dipelajari sehingga setiap anak apapun later belakangnya dapat belajar matematika dan sains dengan mudah.
Metode ini sudah diterapkan pada anak-anak Papua dan berhasil. Anak-anak Papua ini yang semula tidak bisa berhitung, hanya dalam waktu 6 bulan sudah mampu mengerjakan soal matematika SD kelas 1-6 secara mencolok. Dengan kemampuan matematika yang baik ini, mereka mampu belajar matematika tingkat yang lebih tinggi, lalu bidang sains seperti Fisika ataupun Kimia dengan lebih mudah.
Lewat kerjasama ini, diharapkan akan terjadi suatu reformasi pembelajaran Matematika di lingkungan NU. Anak-anak yang semula takut pada Matematika akan menyukai dan menguasai matematika dengan mudah dan cepat. Dengan menguasai matematika, penggunaan sains dan teknologi akan lebih cepat.
“Diharapkan kedepannya anak-anak yang ada dibawah naungan NU yang jumlahnya sekitar 6 juta siswa ini dapat menjadi pilar pembangunan sains dan teknologi di Indonesia, sehingga turut menyumbang secara signifikan terhadap transformasi bangsa Indonesia,” kata Surya.