Kapolda Jawa Timur Irjend Untung S Radjab menggelar pertemuan tertutup dengan Bupati Sampang, para Muspida dan alim Ulama di Pendopo Bupati Sampang, Selasa (05/4). Pertemuan itu untuk meredam konflik antara warga NU di Sampang dengan tokoh Syiah yang saat ini sudah diamankan oleh aparat keamanan.
Tampak hadir pada pertemuan tersebut Bupati Sampang H Noer Tjahja didampingi Wakil Bupati Drs K A Fannan Hasib serta jajaran Muspida Sampang. Dari kalangan alim ulama, hadir Ketua PCNU Sampang KH Muhaimin Abd Bari, Rais Syuriah NU KH Syafiduddin Abd Wahid, Ketua MUI Sampang KH Bukhori Maksum, KH Zubaidi Muhammad, KH Ghazali Muhammad serta beberapa ulama lainnya.
Kehadiran Kapolda Jatim di Sampang, untuk meredam dan mengingatkan agar semua warga tetap menjaga kondusifitas keamanan dengan tetap berakhlakul karimah meneladani sikap Rasulullah SAW.
“Kedatangan saya ke Sampang untuk mengingatkan warga masyarakat terutama para tokoh dan alim ulama, agar memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk tetap berprilaku sopan, sabar, tukun dan damai. Kalau semua bisa intropesksi diri, Insya Allah Sampang akan aman,” katanya usai pertemuan.
Irjend Untung S. Radjab menjelaskan, konfllik yang terjadi antara warga NU dengan tokoh Syiah di Sampang, harus diselesaikan secara damai tanpa kekerasan. “Terhadap tokoh Syiah yang dituntut warga, saat ini sudah diamankan oleh aparat agar tidak memancing konflik. Nah, tugas para tokoh dan ulama untuk mendamaikan masyarakat NU ini,” tegasnya.
Ketua MUI Sampang KH Bukhori Maksum menjelaskan, konflik NU dan Syiah di Sampang terjadi berawal dari sikap tokoh Syiah Sampang KH Tajul Muluk yang melanggar kesepakatannya sendiri tahun 2008 lalu, untuk tidak mengadakan ritual dan berdakwah tentang paham Syiahnya. Namun, tambah KH Bukhori, KH Tajul Muluk ternyata masih masih tetap mendakan ritual dan menyebarkan paham Syiah kepada masyarakat sekitar.
“Secara konstitusional, paham Syiah di Indonesia tidak dilarang, tapi di kalangan warga NU, Syiah tidak bisa disatukan ibarat air dan minyak,” tandas KH Bukhori.
Sementara menurut anggota DPRD Kabupaten Sampang Ahsan Jamal yang ikut dalam pertemuan itu, bahwa konflik NU dan Syiah di Desa Karang Gayam Kecamatan Omben, Sampang yang dipimpin KH Tajul Muluk sudah terjadi sejak tahun 2004. Namun berkat kesigapan aparat dan saling pengertian, warga NU bisa menerima Syiah asalkan tidak menyebarkan ajaran Syiahnya.
Dijelaskan, pada tahun 2008 lalu, hampir terjadi carok massal antara warga NU dan penganut paham Syiah. Namun, berhasil didamaikan dengan membuat pernyataan sikap. “Nah, sekarang warga merasa ditipu, karena tokoh Syiah tetap menggelar ritual dan berdakwah. Inilah yang menjadi pemicu, warga NU meminta tokoh Syiah diamankan sebelum warga bertindak sendiri,” imbuhnya.