Putri tertua KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Allisa Qotrunada atau biasa disapa Allisa Wahid membantah tudingan berbagai pihak terhadap gerakan Gusdurian yang saat ini telah terbentuk di 17 Kabupaten dan Kota untuk mengkultuskan dan mendewakan Gus Dur.
Apa yang telah dilakukan sebagai upaya pintu masuk untuk bersama sama melanjutkan pemikiran ayahandanya untuk membela dan menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana yang telah diamanatkan oleh para guru dan pemimpinnya pada waktu menjelang kemerdekaan RI.
Hal itu dikatakan Allisa Wahid saat menjawab peserta Diskusi terbatas yang digagas Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kota Pekalongan dengan tema “membangun dan mengimplementasikan pemikiran Gus Dur” di Gedung Aswaja, Ahad (3/4).
Menurut Allisa, apa yang telah dan sedang dilakukan sebagai bentuk respon atas keinginan anak anak muda yang sangat konsen terhadap pemikiran pemikiran Gus Dur, bukan sebaliknya yakni kultus individu.
Sebagai anaknya, sangat wajar jika ada keinginan untuk menempatkan posisi ayahnya yang terbaik, akan tetapi dirinya sadar, bahwa Gus Dur tidak lagi menjadi milik keluarga, akan tetapi sudah menjadi milik masyarakat internasional.
“Kalau saya ingin mengkultuskan pribadi Gus Dur, tentu saya sudah membuat patung Gus Dur yang banyak dan saya tempatkan di beberapa tempat yang strategis atau membuat nama jalan dengan nama Jalan Gus Dur,” ujarnya.
Saat ini yang diperlukan oleh pecinta Gus Dur ialah bagaimana mengimplementasikan konsep pemikirannya dalam bidang kebudayaan, pendidikan dan ekonomi sebagaimana yang pernah digagasnya menjadi sebuah gerakan riil di masyarakat, sehingga masyarakat merasakan manfaatnya.
Jika dahulu Gus Dur pernah menggagas gerakan ekonomi lewat pendirian 2000 BPR Nusumma atau membangun pendidikan yang berkarakter, saatnya kini untuk melanjutkan dan mewujudkan impiannya menjadi sebuah kenyataan, karena inilah yang saat ini dibutuhkan masyarakat.
Allisa berharap di Kota Pekalongan muncul kelompok serupa sebagaimana di tempat tempat lain untuk melakukan kajian, diskusi dan bertukar fikiran tentang pemikiran Gus Dur dengan tidak perlu ada kepengurusan secara formal, yang terpenting ada orang yang bersedia untuk bisa dihubungi dan menjadi moderator setiap ada kegiatan diskusi tentang Gus Dur.
Dirinya juga menampik tudingan, kelompok Gusdurian ini akan menyumbat gerakan Aswaja atau NU, karena pada prinsipnya, mengimplementasikan pemikiran Gus Dur sebenarnya sama dengan menggerakkan NU dan Aswaja, sebab pada diri Gus Dur sudah melekat dengan NU dan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah