Ide pendirian NII (Negara Islam Indonesia) di Indonesia selalu datang dari kelompok Islam yang berhaluan keras. Salah satu modus mereka menculik dan mencuci otak anak-amak muda untuk bergabung dengan kelompok mereka.
Demikian disampaikan Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur, Habib Achmad Zein Alkaf, di Surabaya, Kamis (21/4) menanggapi kasus penculikan dan cuci otak terhadap beberapa mahasiswa di Malang yang disinyalir dilakukan oleh kelompok NII.
Habib Achmad menjelaskan, NII dalam sejarahnya adalah sempalan gerakan Islam dalam sejarah Indonesia berhubungan dengan pendirian Kartosuwiryo, tokoh sejarah yang meyakini hubungan antara Islam dengan praktik pembentukan negara.
Dijelaskannya, Indonesia adalah negara yang penduduknya mayoritas berpaham Ahlussunnah Wal Jamaah yang dibawa oleh Wali Songo. Ajaran Wali Songo ini memiliki ciri khas bahwa Islam hanya bisa berkembang dengan cara damai dan sejuk. Sebab, menurutnya, Islam dibawa dan disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan cara damai.
Lebih jauh, Ketua Yayasan Al Bayyinat ini memaparkan, bahwa pedoman kelompok Ahlussunnah adalah berdakwalah dengan hikmah, dengan sopan santun, dengan cara yang baik dan kalau harus berdialog maka berdialoglah dengan cara-cara yang baik.
“Kelompok Islam yang berhaluan keras juga berdakwah, tapi dakwahnya dengan cara-cara pemaksaan dan kekerasan. Bahkan kalau perlu dengan teror dan bom bunuh diri, “ tegasnya.
Untuk melakukan itu, tambah Habib Achmad, tidak semua orang berani melakukannya, sehingga diperlukan orang yang sudah dicuci otaknya dengan doktrinasi, sehingga tanpa ragu bahkan tanpa sadar mereka sudah terlibat dalam tindak kekerasan tersebut.
Dikatakan, selama ini Ahlussunnah di Indonesia berdakwah dengan sopan santun, bahkan kelompok Ahlussunnah tidak membenarkan cara berdakwah yang dilakukan oleh kelompok garis keras yang berdakwah dengan Irhab (teror). Sebab melakukan teror (irhab) di negara seperti Indonesia itu tidak dibenarkan, karena Indonesia penduduknya mayoritas beragama Islam.
Namun, karena kelompok keras menganggap umat Islam di Indonesia juga dianggap kafir, tidak sepaham dan tidak seakidah dengan mereka, maka mereka menerapkan cara berdakwah yang sesuai dengan ajaran mereka, yaitu kalau perlu berdakwah dengan kekerasan.
Dengan demikian, Habib Achmad meminta semua pihak untuk menyelamatkan umat Islam ini dari berbagai aliran atau kelompok yang berdakwah dengan kekerasan.