Surabaya, NU Online
Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdatul Ulama (NU) Khofifah Indar Parawansa menyatakan, Pimpinan Pusat Muslimat telah disusupi faham Negara Islam Indonesia (NII).
“Di pengurus (muslimat) juga ada. Saya sendiri juga kaget. Dia salah satu pengurus harian, wakil sekretaris yang juga seorang dosen dan doktor,” kata Khofifah saat Harlah ke-65 Cabang Muslimat NU Surabaya di Taman Bungkul Jalan Raya Darmo, Surabaya, Selasa (24/5).
Menurut dia, salah satu pengurus harian Muslimat itu menyampaikannya sendiri pengakuannya itu. Dia juga baru menyadari ternyata anak dan keponakannya juga mengikuti faham NII.
Khofifah tidak lantas memberikan sanksi kepada sang pengurus karena semuanya melalui proses di luar kesadarannya atau sepertinya ada yang mengajak mereka melalui alam bawah sadar.
“Kami juga tidak melakukan rehabilitasi karena itu pengalamannya dulu,” katanya.
Menurut Khofifah beberapa buku yang pernah dipelajarinya, ternyata NII versi sekarang tidak ingin membentuk negara Islam, melainkan merusak citra Islam itu sendiri.
Khofifah mengingatkan para ibu, khususnya anggota Muslimat, bahwa persoalan NII tidak bisa dianggap enteng.
Khofifah lalu mengutipkan hasil survei yang dirilis di Jakarta beberapa waktu lalu bahwa dari seratus sekolah menengah atas dan sekolah menengah pertama, separuhnya memberikan dukungan pada pola radikalisme.
“Untuk itu, Menteri Agama dan dan Menteri Pendidikan Nasional harus terus meng-update kurikulum pendidikan keagamaan,” katanya.
Ia meyakini ibu-ibu Muslimat tidak berpandangan radikal, namun anaknya yang kuliah di perguruan tinggi bisa saja mendapat sosialisasi atau indoktrinasi NII atau faham radikalisme.
“Ini yang harus dipahami, bagi NKRI tidak membahayakan, tapi mereka merusak Islam. Masak, kalau mau masuk surga harus membayar sekian uang dengan mengatas namakan Islam. Bahkan mereka diberitakan boleh tidak shalat,” katanya.