Jakarta, NU Online. Rais Syuriyah PBNU KH Hasyim Muzadi menilai bahwa hingga sekarang belum ada juru dakwah atau dai yang menyamai kemampuan KH Zainuddin MZ.
“Sampai sekarang belum ada tipe seperti Zainuddin, belum kelihatan,” kata Hasyim saat ditanya kesannya tentang almarhum Zainuddin MZ di Jakarta, Selasa.
Pengasuh pondok pesantren Al Hikam Malang dan Depok itu mengaku sangat kehilangan dengan meninggalnya “Dai Sejuta Umat” tersebut.
Hasyim dan Zainuddin telah lama bersahabat, dan belakangan sering tampil satu panggung dalam sebuah program dakwah Damai Indonesiaku yang disiarkan secara langsung oleh salah satu stasiun televisi.
Menurut Hasyim, Zainuddin punya jutaan penggemar karena kelebihan yang dimiliki dai berlogat Betawi itu, antara lain penguasaan panggung yang luar biasa, kelancaran berbicara dan intonasi yang menarik, serta kemampuan memberi penjelasan yang mudah diterima dan dipahami umat.
“Beliau bisa menjelaskan sesuatu yang sulit dengan cara yang mudah. Beliau juga punya logika-logika pendek yang menyenangkan,” kata Hasyim.
Zainuddin juga pernah berceramah di pesantren Hasyim di Malang pada 1992, ketika itu Hasyim baru saja menjabat Ketua PWNU Jawa Timur.
“Tahun 1992 beliau manggung di Al Hikam Malang pada acara maulid Nabi Muhammad SAW. Jadi sudah 20 tahun lalu. Habis dari Al Hikam, dia semakin tenar,” katanya.
Sebelum mendirikan Partai Bintang Reformasi (PBR), Zainuddin pun sempat bertemu Hasyim yang menjabat Ketua Umum PBNU.
“Saya mengingatkan beliau, apa sudah dipikir masak. Karena saya sendiri dari berpolitik pindah ke dakwah. Kok Pak Zainuddin dari dakwah mau ke politik,” katanya.
Saat itu, kata Hasyim, Zainuddin menjawab bahwa keinginan mendirikan partai sebenarnya karena dorongan banyak orang.
“Jadi ada dorongan dari teman-teman Pak Zainuddin. Katanya, umat yang sekian banyak, sayang kalau hanya jadi umat pendengar, tidak berpotensi politik,” kata Hasyim.
Ia pun lantas mengingatkan bahwa antara teori dan praktik belum tentu sama karena tidak mudah memadukan dakwah yang berdimensi kebenaran dengan politik yang berdimensi kepentingan. Jangan sampai dakwahnya yang justru kalah.
Menurut Hasyim, Zainuddin akhirnya mengakui kebenaran ucapannya itu setelah dia turun dari panggung politik.
“Waktu ketemu di Al Hikam Depok, beliau baru membenarkan pendapat saya itu,” kata Kiai Hasyim.