Jakarta, NU Online
Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Mohammad Ali mengatakan, untuk mengatasi masalah intoleransi yang terjadi saat ini, dibutuhkan pendidikan agama yang bersifat inklusif serta memberi wawasan yang lebih terbuka bagi peserta didik.
“Pendidikan agama jangan eksklusif,” kata Mohammad Ali kepada wartawan di Jakarta, Kamis (7/7) terkait penyelenggaraan Pekan Ketrampilan & Seni Pendidikan Agama Islam (PENTAS-PAI) tingkat nasional V yang akan diigelar 12-16 Juli 2011 di Asrama Haji Bekasi, Jawa Barat.
Untuk mengatasi masalah tersebut, kata Ali, tidak memungkinkan mata pelajaran agama di sekolah memperoleh tambahan jam pelajaran. “Saat ini pelajaran agama di SD 3 jam, SMP dan SMA 2 jam per minggu, tidak memungkinkan ditambah. Bisa saja melalui ekstra kurikuler,” katanya.
Dirjen Pendis lebih lanjut mengatakan, secara formal tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran sudah cukup baik. “Bisa dilihat dari hasil ujian, untuk mata pelajaran agama yang diuji berstandar nasional nilainya rata-rata diatas. Ini sudah bagus,” ungkap Ali, didampingi Direktur Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Imam Tolchah.
Menjelaskan kegiatan PENTAS-PAI yang diselenggarakan setiap tahun, menurut Ali, kegiatan ini memiliki manfaat yang besar, agar siswa mempunyai wawasan yang terbuka dan tidak puritan. “Pada tahun ini mata lomba ditambah dengan lomba khutbah jumat dan debat PAI (pelajaran Agama Islam,” ucapnya.
Ia berharap, lomba khutbah jumat memberi motivasi siswa untuk menjadi insan dai, berdakwah sebagai tugas semua individu muslim. “Kalau memang ada yang ingin jadi KH Zainuddin MZ, Alhamdulillah,” imbuhnya.
PENTAS PAI tahun 2011 akan diikuti 561 peserta baik siswa SD, SMP SMA/SMK terbaik yang telah terseleksi secara berjenjang di daerah masing-masing. Kegiatan yang mengambil tema “Membangun generasi Islami yang cerdas, toleran dan berakhhlak mulia.” dibuka oleh Menteri Agama Suryadharma Ali memperebutkan tropy bergilir Wakil Presiden RI bagi juara umum propinsi yang memperoleh tropy terbanyak.