NU Online adalah suatu berkah. Dengan keberadaan NU Online visi perjuangan NU yang bersumber dari tingkat Pengurus Besar dengan cepat dapat diakses oleh seluruh warga dengan merata hingga di pelosok kampung di Nusantara bahkan di seantero jagat. Hal mana yang dulu (sebelum ada NU Online) merupakan suatu yang mustahil, menyamakan visi pokok perjuangan NU pada warga yang tersebar di seluruh penjuru, beban yang demikian berat karena menyangkut kendala perangkat phisik dan biaya sebagai pendukung.
Sekali waktu mungkin kita perlu membayangkan bagaimana seandainya komunikasi timbal balik antara pengambil kebijakan di pusat (NU) dengan warga di bawah harus melalui media cetak, berapa lembar yang dibutuhkan, berapa lama sampai ke tempat tujuan, biaya pasti besar. Pengandaian inimemang tidak kontekstual dan mengada-ada. Tujuannya adalah meneguhkan kembali bahwa NU Online memang substantif dan krusial.
Ketika kita menyadari bahwa NU Online sebagai satu-satunya media penghubung utama antara pokok pikiran orang-orang yang ada di pusat dengan warga yang dipimpin, tidak lain adalah bagaimana kita bersungguh-sungguh menjaga eksistensi dan kelangsungan hidup NU Online agar tetap istiqomah bertabligh.
Kesungguhan menjaga eksistensi NU Online agar tetap ‘sehat’ dengan ketersediaan ‘nutrisi’ yang cukup apakah sudah menjadi kesepakatan pemikiran bersama di kalangan orang-orang pusat sebagai sesuatu yang prioritas dan tidak boleh diremehkan sedikitpun? Orang-orang daerah apalagi. Berapa banyak warga di bawah menyadari hal ini? Sudahkah ada kepedulian mereka untuk sekedar mengisi donasi NU Online yang sudah disediakan? Atau sekedar tengok-tengok saja.
Masuk akal kalau beberapa waktu yang lalu KH Hasyim Muzadi teriak-teriak menuntut agar ormas semacam NU seharusnya disubsidi APBN. Bukan hanya parpol. Antara lain perlunya subsidi itu untuk disasarkan pada NU Online. Sesuatu yang logis.
Pembaca setia NU Online pasti faham kerangka pemikiran NU di tingkat PB. Bahwa mainstraim yang harus dipegang adalah NU sebagai penjaga tegaknya islam rahmatan lil alamin dengan menonjolkan karakter tawasuth, tawazun di tengah keragaman agama, suku, budaya. Dikenal dengan islam nusantara dengan penghulu wali songo. Mainstraim itulah yang menjadi topik utama artikel-artikel di NU Online dan itu adalah pedoman kebijakan PBNU.
Sebagai media utama, NU Online juga mampu memotivasi daerah-daerah yang aktifitas NU nya minim. Dengan sering ditampilkannya kegiatan-kegiatan mulai konferensi, dialog/halaqoh, haflah akhirussanah, istighosah qubro dll, daerah yang dinamika aktifitas NU nya masih rendah menjadi tergugah. Sebagai contoh NU Bolmong Utara, Sulawesi Utara. Walaupun NU-nya baru tumbuh, berita aktifitasnya sudah ikut meramikan NU Online, termotivasi daerah lain yang lebih dulu dinamis. Bahkan event lomba-lomba juga cukup menarik minat pembaca muda seperti lomba menulis cerpen atau film dokumenter. NU Online memang sudah menjalankan fungsinya secara baik dan mampu mendinamiskan aktifitas NU di segala penjuru.
Mendukung Program Pemerintah
Di antara fungsi-fungsi yang sudah dijalankan seperti di atas, ada fungsi baru yang juga menarik untuk dijadikan agenda ke depan oleh NU Online. Yaitu fungsi pemberdayaan masyarakat desa menyangkut keberlangsungan penggunaan dana desa sesuai PP no 60 tahun 2014.
Konon tahun 2015 tiap desa di Indonesia mendapat kucuran dana 1 milyar. Sayangnya hingga paruh waktu tahun anggaran penyaluran dana tersebut masih banyak kendala. Seperti ditengarahi Peneliti Institute Research and Empowerment (IRE) Jogjakarta Arie Sudjito beberapa waktu lalu bahwa danaitu terancam tidak bisa terserap karena hal-hal tehnis terkait peran pemerintah kabupaten/ kota.
Karena kebetulan menterinya orang NU, juga permasalahan desa juga permasalahan NU karena warga NU sebagian besar ada di desa, alangkah baiknya NU Online ambil inisisatif mengambil fokus itu untuk diberitakan kepada warga menyangkut sejauh mana perjalanannya, apa saja kendala-kendalanya dll. Hal ini bisa terwujud bila para kontributor/wartawan NU Online memiliki kesamaan visi dan didukung penuh oleh jajaran redaksi.
Keberanian mengambil peran baru ini bersifat strategis, karena sejauh pengetahuan penulis belum ada media dot com maupun cetak telah melakukannya dan menjadikannya sebagai topik khusus dalam kebijakan pemberitaannya. Kalau NU Online melakukannya maka akan menjadi pioner/ pelopor sekaligus membantu kerja menteri NU. Bukankah dengan demikian NU Online berhasil menaikkan gradenya karena bisa menjadi bahan rujukan untuk kalangan yang lebih luas?
Kalau memang masuk akal, tunggu apa lagi?
Saiful Ridjal, pembaca setia NU Online
Dimuat di NU Online
Sumber arrahmah.co.id