Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Lasem, Rembang, Jawa Tengah, KH Abdul Qoyyum Mansur menjelaskan beberapa etika yang harus diperhatikan ketika berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Salah satu etika yang dia tekankan adalah pentingnya membaca Al-Qur’an dengan kecepatan yang tepat. Menurutnya, saat membaca Al-Qur’an, seseorang sebaiknya tidak terlalu cepat dalam melafalkannya. Al-Qur’an harus dibaca dengan pelan dan indah sesuai dengan ayat “warattilil Qur’aana tartiila”, yang berarti “bacalah Al-Qur’an dengan pelan dan indah”. Ini menggarisbawahi pentingnya mendengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan keindahan yang sesuai.
Gus Qoyyum juga menekankan pentingnya menggunakan tata krama yang agung saat membaca Al-Qur’an. Ini termasuk membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci, sehingga orang yang dalam keadaan haid atau janabah dilarang menyentuh dan membaca Al-Qur’an. Dia mengutip ayat “laa yamasuhu illal muttoharuun”, yang berarti “tidak menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci”. Oleh karena itu, penting bagi pembaca Al-Qur’an untuk menjaga kesucian hati mereka saat membaca.
Sebelum membaca Al-Qur’an, disarankan untuk membaca ta’awudz atau meminta perlindungan kepada Allah agar tidak diganggu oleh setan. Hal ini sebagai persiapan mental dan spiritual sebelum memulai membaca Al-Qur’an.
Dengan mengamalkan etika-etika ini, seseorang dapat membaca Al-Qur’an dengan penuh penghormatan dan kekhusyukan, sehingga dapat meraih manfaat spiritual yang lebih dalam dari kitab suci tersebut.
Sumber: NU Online