Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC), produsen chip kontrak terbesar di Tiongkok, menghadapi persaingan yang semakin sengit di industri semikonduktor. Hal ini terungkap setelah laba kuartal pertama perusahaan meleset dari ekspektasi.
Dalam panggilan pendapatan pada hari Jumat, SMIC menyatakan bahwa persaingan di industri semakin ketat dan harga produk komoditas pada dasarnya mengikuti tren pasar. Untuk menghadapi tantangan ini, SMIC fokus membangun platform teknologi berkualitas tinggi yang lebih maju satu hingga dua generasi dibandingkan teknologi yang ada di Tiongkok daratan.
SMIC dianggap penting bagi ambisi Beijing untuk mengurangi ketergantungan asing dalam industri semikonduktor domestik. Hal ini dipicu oleh upaya Amerika Serikat yang terus mengekang kekuatan teknologi Tiongkok.
Meskipun demikian, analis mencatat bahwa SMIC masih tertinggal dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC) dan Samsung Electronics dari Korea Selatan.
Penurunan Laba dan Margin yang Menipis
Laba bersih SMIC pada kuartal pertama anjlok 68,9% dari tahun sebelumnya menjadi $71,79 juta, jauh di bawah perkiraan rata-rata analis LSEG sebesar $80,49 juta. Margin kotor juga merosot menjadi 13,7% pada kuartal tersebut, terendah yang pernah dicatat perusahaan dalam hampir 12 tahun terakhir, menurut data LSEG.
Penurunan laba dan margin kotor ini menunjukkan kerasnya persaingan yang dihadapi SMIC. Penurunan harga chip komoditas dan tingginya biaya penelitian dan pengembangan menjadi faktor utama yang menekan profitabilitas perusahaan.
Peningkatan Pendapatan dan Persediaan
Di sisi lain, pendapatan SMIC untuk kuartal pertama meningkat 19,7% dari tahun sebelumnya menjadi $1,75 miliar. Peningkatan ini didorong oleh persediaan chip oleh para pelanggan. Angka ini melampaui perkiraan LSEG sebesar $1,69 miliar.
SMIC mencatat bahwa industri sirkuit terpadu (IC) masih dalam tahap pemulihan pada kuartal pertama, dan persediaan pelanggan berangsur-angsur membaik. Pelanggan global SMIC lebih bersedia untuk menambah persediaan dibandingkan tiga bulan sebelumnya.
Membangun Persediaan untuk Menghadapi Persaingan
SMIC menjelaskan bahwa pelanggan membangun persediaan untuk menghadapi persaingan dan merespons permintaan pasar. Perusahaan bahkan tidak dapat memenuhi beberapa pesanan mendesak pada kuartal pertama karena beberapa jalur produksi beroperasi mendekati kapasitas maksimum.
Chip SMIC digunakan dalam berbagai perangkat, termasuk mobil, smartphone, komputer, teknologi IoT, dan lainnya. Lebih dari 80% pendapatan perusahaan pada kuartal pertama berasal dari pelanggan di Tiongkok.
Prioritas Investasi dan Penundaan Dividen
Dalam upaya untuk meningkatkan daya saing dan pangsa pasar, SMIC memprioritaskan investasi di bidang-bidang seperti pembangunan kapasitas dan kegiatan penelitian dan pengembangan.
Untuk memastikan perusahaan mempertahankan posisi terdepan dalam persaingan pasar yang ketat dan memaksimalkan perlindungan kepentingan investor, SMIC memutuskan untuk tidak membagikan dividen untuk tahun 2023.
Optimisme di Tengah Tantangan
Meskipun menghadapi persaingan yang ketat, SMIC tetap optimis. Perusahaan yakin bahwa selama ada permintaan dari pelanggan, didukung oleh kesiapan teknologi dan kapasitas, SMIC dapat menjadi lebih besar, lebih baik, dan lebih kuat.
Proyeksi Kuartal Kedua
SMIC memperkirakan pendapatan kuartal kedua akan meningkat 5% hingga 7% dari kuartal pertama, didorong oleh permintaan yang kuat. Namun, margin kotor diproyeksikan turun lebih lanjut menjadi antara 9% dan 11%. Penurunan margin kotor ini disebabkan oleh peningkatan skala kapasitas yang berdampak pada peningkatan depresiasi dari kuartal ke kuartal.
Tantangan Sanksi AS
SMIC dimasukkan ke dalam daftar hitam perdagangan AS pada tahun 2020. Akibatnya, perusahaan diwajibkan untuk mengajukan lisensi sebelum dapat menjual produk ke SMIC, yang membatasi kemampuan perusahaan untuk memperoleh teknologi tertentu dari AS.
Kemajuan SMIC dan Tantangan di Masa Depan
Meskipun menghadapi sanksi AS, analisis terhadap smartphone Mate 60 Pro dari Huawei yang diluncurkan tahun lalu mengungkapkan bahwa perangkat tersebut menggunakan chip 7-nanometer buatan SMIC. Smartphone ini juga tampaknya mendukung konektivitas 5G, meskipun ada upaya AS untuk memutus Huawei dari teknologi kunci, termasuk chip 5G.
Pencapaian ini menunjukkan kemajuan signifikan yang dicapai SMIC dalam mengembangkan teknologi chip canggih.
Namun, perlu dicatat bahwa TSMC dan Samsung sudah memulai produksi massal chip 7-nanometer pada tahun 2018 dan saat ini memproduksi chip 3-nanometer. Ukuran yang lebih kecil menunjukkan teknologi yang lebih maju.
Tantangan bagi SMIC adalah terus mengembangkan teknologi chip yang lebih canggih agar dapat mengejar ketertinggalan dari para pesaingnya dan mencapai ambisi kemandirian chip Tiongkok.