Nama saya Agus Prayudi, seorang lulusan STM mesin yang menaruh hati pada usaha ternak ayam kampung. Saya memilih ayam kampung karena memiliki banyak keunggulan dibandingkan ayam negeri. Selain rasa daging yang lebih enak, ayam kampung juga lebih tahan terhadap penyakit dan tidak membutuhkan antibiotik atau zat kimia lainnya. Ayam kampung ini memang asli Indonesia dan sudah beradaptasi dengan baik di iklim tropis kita.
Namun, ayam kampung juga memiliki kelemahan, seperti produksi telur yang rendah dan pertumbuhan yang lambat. Oleh karena itu, saya mulai berpikir bagaimana caranya agar kelemahan tersebut bisa diatasi tanpa mengurangi kelebihannya. Dari sinilah petualangan saya dimulai.
Dari Hobi Menjadi Bisnis Serius
Pada awalnya, ternak ayam kampung hanya sebatas hobi. Saya memiliki usaha bengkel elektrik dan dari penghasilannya saya gunakan untuk investasi di ternak ayam kampung. Karena belum berorientasi komersial, saya tidak mempermasalahkan ketika hasilnya belum sesuai harapan. Ayam-ayam yang tidak sesuai kriteria biasanya saya bagikan kepada para peternak lain.
Awal usaha ini dimulai di Gang Pancamurti, dan dari situ ayam-ayam saya dikenal dengan sebutan “Ayam Pancamurti”. Perlahan, saya terus belajar dan mengembangkan teori-teori dari buku dan skripsi mahasiswa, serta mendapatkan pengetahuan dari kampus seperti Universitas Brawijaya dan Universitas Muhammadiyah. Hasilnya mulai tampak dan usaha ini mulai berkembang.
Menghadapi Tantangan dan Membangun Kemitraan
Ketika media sosial belum populer seperti sekarang, pemasaran menjadi tantangan tersendiri. Namun, berkat kerja keras, permintaan meningkat dan saya mulai berpikir untuk memaksimalkan produksi dengan sistem kemitraan. Kami mulai melayani rumah makan dan supermarket di Malang dan Superindo, serta menjalin kerjasama dengan peternak lain untuk memproduksi ayam potong.
Namun, kemitraan juga tidak lepas dari kendala. Kami menghadapi masalah dalam mengontrol dan mengawasi kesehatan ayam, serta kesulitan mengamankan aset. Beberapa mitra justru menjual ayam sendiri ketika harga tinggi dan meminta kami mengambil ayam mereka ketika harga rendah. Ini menyebabkan ketidakstabilan dalam usaha kami.
Menghadapi Cobaan dan Bangkit Kembali
Usaha saya mengalami cobaan besar ketika kehilangan anak. Selama hampir dua hingga tiga tahun, saya hampir tidak mengurus usaha ternak ini. Kondisi ini diperparah dengan adanya pandemi Covid-19 yang membuat pasar menjadi sulit. Namun, perlahan saya mulai bangkit kembali dan memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan kembali produk-produk kami.
Dengan semangat baru, saya mulai lagi menawarkan ayam kampung unggul kepada pelanggan lama dan mulai membangun kembali usaha dari dasar. Fokus kami sekarang adalah menjaga kualitas dan stabilitas produksi.
Teknologi dan Metode Pemurnian Galur
Untuk menghasilkan ayam kampung unggul, kami menggunakan metode pemurnian galur sebelum melakukan persilangan. Ini memastikan ayam yang dihasilkan memiliki sifat-sifat yang diinginkan seperti tidak mengeram, bulu yang seragam, dan pertumbuhan yang cepat. Kami juga menggunakan ayam bangkok sebagai pejantan karena terbukti memiliki pertumbuhan yang cepat dan daging dada yang tebal.
Pemurnian galur ini memerlukan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Namun, dengan tekad dan kesabaran, kami berhasil menghasilkan ayam kampung dengan kualitas yang stabil dan sesuai harapan.
Peran Ayam Kampung di Pasar dan Harapan Masa Depan
Pasar ayam kampung sebenarnya sangat potensial. Di tengah populasi Indonesia yang mencapai 250 juta jiwa, kebutuhan akan protein hewani selalu ada. Meskipun harga ayam kampung lebih mahal dibanding ayam negeri, segmen pasar menengah ke atas sangat menghargai kualitas dan rasa yang ditawarkan.
Harapan kami adalah mengarahkan usaha ini ke skala industri agar lebih tahan banting menghadapi fluktuasi pasar. Dengan pengelolaan yang profesional dan manajemen yang baik, kami optimis ayam kampung bisa menjadi pilihan utama masyarakat.
Ajakan untuk Terus Belajar dan Berkembang
Usaha ini mengajarkan saya banyak hal, terutama tentang pentingnya tidak mudah menyerah dan terus belajar. Saya berharap cerita ini bisa menginspirasi para peternak lain untuk terus belajar dan berinovasi. Saya selalu terbuka untuk berbagi ilmu dan pengalaman dengan siapa saja yang berminat mengembangkan usaha ternak ayam kampung.
Alamat saya di Jalan Telomas, Gang Pancamurti, dan saya siap membantu siapa saja yang ingin belajar lebih banyak tentang usaha ternak ayam kampung. Mari kita bersama-sama membangun masa depan yang lebih baik melalui usaha yang kita cintai ini.
Penutup
Kisah ini bukan hanya tentang sukses, tetapi juga tentang ketekunan, belajar dari kegagalan, dan bangkit kembali setelah menghadapi cobaan. Semoga apa yang saya alami bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Teruslah berusaha dan jangan pernah menyerah, karena setiap usaha pasti ada hasilnya.