
Para ilmuwan di Eropa telah mengidentifikasi spesies jamur baru yang mampu mengendalikan perilaku laba-laba gua sebelum akhirnya membunuh mereka dan menggunakan tubuh laba-laba sebagai media penyebaran spora. Jamur ini diberi nama Gibellula attenboroughii, sebagai penghormatan kepada naturalis dan pembawa acara dokumenter alam terkenal, Sir David Attenborough.
Penemuan ini menambah daftar organisme yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan inangnya, mirip dengan jamur Ophiocordyceps yang menginfeksi semut. Namun, mekanisme di balik bagaimana jamur ini mempengaruhi sistem saraf laba-laba masih menjadi misteri yang belum sepenuhnya terungkap.
Klasifikasi dan Karakteristik
Gibellula attenboroughii termasuk dalam genus Gibellula, sekelompok jamur yang diketahui hanya menginfeksi laba-laba. Karakteristik utama dari jamur ini meliputi:
- Inang: Spesifik menginfeksi laba-laba gua seperti Metellina merianae dan Meta menardi yang ditemukan di Eropa.
- Siklus Hidup: Menginfeksi laba-laba melalui spora, memanipulasi perilaku inangnya untuk berpindah ke lokasi yang lebih terbuka, lalu membunuh inang sebelum menyebarkan spora lebih lanjut.
- Morfologi: Memiliki struktur miselium berwarna putih hingga kekuningan yang tumbuh di tubuh inang yang telah mati.
Mekanisme Infeksi dan Manipulasi Perilaku

Jamur ini diyakini memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku laba-laba, menyebabkan mereka berpindah dari sarang jaringnya ke area yang lebih terbuka, seperti dinding atau langit-langit gua. Hal ini memudahkan penyebaran spora jamur melalui aliran udara.
Meskipun mekanisme biologis yang mendasari manipulasi perilaku ini masih belum diketahui secara pasti, para ilmuwan menduga bahwa jamur ini melepaskan metabolit tertentu yang mempengaruhi sistem saraf laba-laba. Proses ini serupa dengan yang ditemukan pada jamur zombie semut (Ophiocordyceps unilateralis), yang juga mampu mengendalikan inangnya sebelum akhirnya membunuhnya.
Penemuan dan Penelitian

Fungisida Primafos 1 Liter COD / Fungisida Sistemik Bahan Aktif Asam Fospit / Fungisida Untuk Penyakit Jamur
Fungisida Primafos 1 Liter COD, hanya 100.000: https://s.shopee.co.id/5VGXBmwqHA
Penemuan Gibellula attenboroughii pertama kali terjadi pada tahun 2021, ketika sebuah tim produksi televisi menemukan laba-laba yang terinfeksi di gudang mesiu yang sudah tidak digunakan di Castle Espie Wetland Centre, Irlandia Utara. Laba-laba tersebut terlihat berada di posisi yang tidak biasa, jauh dari jaringnya, menandakan adanya perubahan perilaku akibat infeksi jamur.
Temuan ini kemudian dikonfirmasi oleh para ilmuwan yang menemukan lebih banyak laba-laba terinfeksi di gua-gua di Irlandia dan Irlandia Utara. Penelitian lebih lanjut dilakukan oleh Dr. João Araújo, seorang ahli mikologi dari Natural History Museum of Denmark dan University of Copenhagen.
Perbandingan dengan Jamur Lain yang Mengendalikan Inang
Jamur yang mampu mengendalikan perilaku inangnya bukanlah fenomena baru. Beberapa spesies lain yang diketahui memiliki kemampuan serupa antara lain:
- Jamur Zombie Semut (Ophiocordyceps unilateralis)
- Menginfeksi semut dan mengarahkan mereka untuk menggigit daun atau batang sebelum mati.
- Spora kemudian tumbuh dari tubuh semut yang mati dan menyebar ke inang lain.
- Gibellula aurea
- Spesies Gibellula lain yang ditemukan di Brasil.
- Diduga juga mempengaruhi perilaku laba-laba, tetapi efeknya tidak sejelas yang ditunjukkan oleh G. attenboroughii.
- Jamur yang Menginfeksi Rayap dan Serangga Lainnya
- Beberapa jenis jamur diketahui dapat mengubah perilaku rayap dan serangga lainnya sebelum membunuhnya.
Dari perbandingan ini, Gibellula attenboroughii memiliki keunikan tersendiri karena kemampuannya menginfeksi laba-laba gua dan menyebabkan mereka meninggalkan jaring mereka sebelum mati.
Implikasi Ekologis dan Evolusi
Penemuan jamur ini membuka peluang baru untuk memahami interaksi kompleks antara jamur dan inangnya. Beberapa pertanyaan yang muncul dari penelitian ini antara lain:
- Bagaimana Gibellula attenboroughii berevolusi untuk menginfeksi laba-laba gua secara spesifik?
- Apakah ada spesies laba-laba lain yang rentan terhadap infeksi jamur ini?
- Bagaimana dampak ekologi dari jamur ini terhadap populasi laba-laba gua?
Dr. Araújo dan timnya berhipotesis bahwa jamur ini mungkin telah berevolusi selama jutaan tahun bersama laba-laba gua dan memiliki peran dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Fenomena ini mirip dengan peran jamur zombie semut yang membantu mengontrol populasi serangga tertentu di hutan.
Potensi Aplikasi di Bidang Ilmu Pengetahuan
Meskipun terdengar seperti skenario dari film horor, pemahaman lebih lanjut tentang jamur pengendali inang ini dapat memberikan manfaat besar bagi dunia sains, termasuk:
- Pengembangan Pestisida Alami
- Jika metabolit yang dihasilkan oleh jamur ini dapat mengendalikan perilaku serangga tertentu, maka bisa dikembangkan menjadi pestisida biologis yang ramah lingkungan.
- Studi Neurologi dan Pengobatan Penyakit Otak
- Senyawa yang mampu mempengaruhi sistem saraf laba-laba mungkin memiliki potensi untuk diteliti lebih lanjut dalam pengobatan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer atau Parkinson.
- Eksplorasi Keanekaragaman Jamur
- Dari sekitar 150.000 spesies jamur yang telah terdokumentasi, diperkirakan ini hanya mencakup sekitar 5% dari total keanekaragaman jamur di dunia. Studi ini menyoroti betapa luasnya dunia mikroorganisme yang masih belum terungkap.
Kesimpulan
Penemuan Gibellula attenboroughii menambah wawasan tentang hubungan kompleks antara jamur dan inangnya di alam. Dengan kemampuannya untuk menginfeksi dan mengendalikan perilaku laba-laba gua, jamur ini menjadi contoh luar biasa dari bagaimana organisme dapat berevolusi untuk beradaptasi dengan lingkungannya.
Meskipun masih banyak yang harus dipelajari tentang jamur ini, peneliti meyakini bahwa studi lebih lanjut dapat membawa dampak besar bagi berbagai bidang ilmu, mulai dari ekologi hingga bioteknologi. Sementara itu, bagi manusia, tidak perlu khawatir karena jamur ini tampaknya hanya menginfeksi laba-laba dan tidak memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada suhu tubuh manusia atau sistem imun manusia.
Dengan semakin berkembangnya penelitian tentang jamur, bukan tidak mungkin bahwa masa depan akan mengungkap lebih banyak spesies dengan kemampuan unik seperti ini, yang tidak hanya mengubah cara kita melihat ekosistem, tetapi juga menawarkan peluang untuk inovasi di berbagai bidang ilmu.