
Nvidia, raksasa teknologi di balik revolusi kecerdasan buatan (AI), baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka akan menanggung biaya sebesar $5,5 miliar terkait dengan pembatasan ekspor graphics processing unit (GPU) H20 ke China dan beberapa negara lainnya. Pengumuman ini langsung memicu penurunan saham Nvidia lebih dari 6% dalam perdagangan setelah jam kerja, menandakan kekhawatiran investor terhadap potensi dampak pembatasan ini pada kinerja keuangan perusahaan.
Pada tanggal 9 April, pemerintah Amerika Serikat (AS) memberitahu Nvidia bahwa mereka memerlukan lisensi untuk mengekspor chip H20 ke China dan sejumlah negara lain. Langkah ini merupakan indikasi terkuat bahwa pertumbuhan pesat Nvidia selama ini dapat terhambat oleh peningkatan pembatasan ekspor chip-nya. Pemerintah AS berpendapat bahwa chip-chip ini dapat digunakan untuk menciptakan supercomputer untuk keperluan militer. Nvidia dijadwalkan untuk melaporkan hasil keuangan kuartal pertama pada tanggal 28 Mei mendatang.
Latar Belakang Pembatasan Ekspor dan Dampaknya pada Nvidia
Di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden, AS telah memberlakukan pembatasan ekspor chip AI sejak tahun 2022. Aturan ini kemudian diperbarui pada tahun berikutnya untuk mencegah penjualan AI processor yang lebih canggih. H20 sendiri merupakan chip AI yang dirancang khusus untuk pasar China, dengan tujuan untuk mematuhi pembatasan ekspor AS yang berlaku. Meskipun dirancang untuk mematuhi regulasi, H20 diperkirakan telah menghasilkan pendapatan sebesar $12 miliar hingga $15 miliar pada tahun 2024.
CEO Nvidia, Jensen Huang, dalam laporan pendapatan kuartalan terakhir perusahaan pada bulan Februari, mengungkapkan bahwa pendapatan dari China telah menurun menjadi setengah dari tingkat sebelum adanya kontrol ekspor. Huang juga memperingatkan bahwa persaingan di China semakin ketat. Untuk kedua kalinya secara berturut-turut, Nvidia memasukkan Huawei sebagai pesaing dalam laporan tahunannya.
China merupakan wilayah penjualan terbesar keempat bagi Nvidia, setelah AS, Singapura, dan Taiwan. Lebih dari setengah penjualan Nvidia pada tahun fiskal yang berakhir pada bulan Januari lalu berasal dari perusahaan-perusahaan AS.
Spesifikasi Chip H20 dan Dampaknya pada Persaingan
Chip H20 Nvidia sebanding dengan chip AI H100 dan H200 yang digunakan di AS dan negara-negara lain, tetapi memiliki kecepatan interkoneksi dan bandwidth yang lebih lambat. Chip ini didasarkan pada generasi sebelumnya dari arsitektur AI yang disebut Hopper, yang diperkenalkan pada tahun 2022. Saat ini, Nvidia fokus pada penjualan chip AI generasi terbarunya, yang disebut Blackwell.
DeepSeek, perusahaan asal China yang model AI kompetitifnya, R1, diluncurkan awal tahun ini dan menggemparkan pasar, menggunakan chip H20 dalam penelitiannya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun H20 memiliki spesifikasi yang lebih rendah dibandingkan dengan chip AI kelas atas lainnya, chip ini masih cukup kuat untuk digunakan dalam pengembangan model AI yang canggih.
Pembatasan Ekspor Tambahan dan Kekhawatiran Nvidia
Selain kontrol ekspor yang sudah ada, Nvidia juga menghadapi pembatasan baru terkait ekspor yang akan mulai berlaku bulan depan, berdasarkan “aturan difusi AI” yang pertama kali diusulkan oleh pemerintahan Biden.
Nvidia berpendapat bahwa kontrol lebih lanjut terhadap chip-nya akan menghambat persaingan dan berpotensi mengikis daya saing AS dalam teknologi. Perusahaan sebelumnya menyatakan bahwa mereka memindahkan sebagian operasinya, termasuk pengujian dan distribusi, keluar dari China setelah kontrol ekspor tahun 2022 diberlakukan.
Pada konferensi tahunan perusahaan bulan lalu, ketika ditanya tentang kontrol ekspor China, Huang mengatakan bahwa Nvidia berupaya untuk mematuhi hukum. Namun, ia juga mencatat bahwa sekitar setengah dari peneliti kecerdasan buatan di dunia berasal dari China, dan banyak dari mereka bekerja di laboratorium AI yang berbasis di AS.
Nvidia menyatakan dalam pengajuan pada hari Selasa bahwa pemerintah AS memberi tahu perusahaan pada hari Senin bahwa persyaratan lisensi untuk chip H20 akan berlaku “untuk waktu yang tidak terbatas.”
Dampak pada Saham Nvidia dan Pasar yang Lebih Luas
Saham Nvidia telah turun 16% tahun ini, sebagian besar disebabkan oleh pengumuman Presiden Donald Trump tentang tarif yang luas terhadap mitra dagang utama. Meskipun pengecualian telah dibuat pada berbagai produk elektronik, termasuk smartphone, komputer, dan semikonduktor, Trump dan beberapa pejabat mengatakan selama akhir pekan bahwa penangguhan itu bersifat sementara dan merupakan bagian dari rencana untuk menerapkan tarif terpisah ke sektor tersebut.
Saham Advanced Micro Devices (AMD), pesaing utama Nvidia di pasar chip, turun lebih dari 7% dalam perdagangan setelah jam kerja pada hari Selasa setelah pengungkapan Nvidia. Pembuat chip AI lainnya, Broadcom, juga mengalami penurunan, hampir sebesar 4%.
Implikasi Jangka Panjang dan Tantangan Nvidia
Pembatasan ekspor ke China menghadirkan tantangan yang signifikan bagi Nvidia. China merupakan pasar yang sangat penting bagi perusahaan, dan pembatasan ini dapat berdampak negatif pada pendapatan dan pertumbuhan Nvidia di masa depan. Selain itu, pembatasan ini dapat memberikan keuntungan bagi pesaing Nvidia, seperti Huawei, yang tidak tunduk pada pembatasan yang sama.
Nvidia harus beradaptasi dengan lingkungan regulasi yang berubah dan menemukan cara untuk terus berinovasi dan bersaing di pasar global. Perusahaan dapat fokus pada pengembangan chip AI yang sesuai dengan peraturan AS, atau mencari pasar baru di luar China.
Kesimpulan
Pembatasan ekspor chip AI Nvidia ke China merupakan perkembangan yang signifikan yang dapat memiliki implikasi jangka panjang bagi perusahaan dan industri AI secara keseluruhan. Nvidia menghadapi tantangan yang berat, tetapi perusahaan memiliki rekam jejak inovasi dan ketahanan yang kuat. Akan menarik untuk melihat bagaimana Nvidia menavigasi tantangan ini dan terus memimpin dalam revolusi AI.