
Air Traffic Control (ATC), atau Pengendalian Lalu Lintas Udara, adalah sebuah layanan krusial yang disediakan oleh para petugas yang berada di darat. Tugas utama mereka adalah mengarahkan pesawat, baik saat berada di landasan maupun ketika melintasi wilayah udara yang telah ditentukan. Lebih dari sekadar pengarah, ATC juga berperan sebagai konsultan bagi pesawat yang terbang di wilayah udara yang tidak terkendali. Tujuan utama dari ATC adalah untuk mencegah terjadinya tabrakan antar pesawat, mengatur lalu lintas udara agar berjalan lancar dan efisien, serta memberikan informasi dan dukungan esensial kepada para pilot.
Dalam menjalankan tugasnya, petugas ATC memanfaatkan radar untuk memantau posisi pesawat di wilayah udara yang menjadi tanggung jawab mereka. Informasi ini kemudian dikomunikasikan kepada pilot melalui radio. Untuk memastikan keselamatan, ATC memberlakukan serangkaian aturan pemisahan lalu lintas yang ketat. Aturan ini menjamin bahwa setiap pesawat memiliki ruang aman minimum di sekitarnya setiap saat. Layanan ATC tidak terbatas pada pesawat sipil saja, tetapi juga mencakup pesawat pribadi, militer, dan komersial yang beroperasi di wilayah udara yang dikendalikan. Instruksi yang diberikan ATC bisa bersifat wajib dipatuhi oleh pilot, tergantung pada jenis penerbangan dan kelas wilayah udara. Di sisi lain, ATC juga dapat memberikan saran, yang dikenal sebagai informasi penerbangan di beberapa negara, yang keputusannya untuk diikuti atau tidak sepenuhnya berada di tangan pilot. Penting untuk digarisbawahi bahwa pilot yang bertindak sebagai komandan pesawat tetap memiliki otoritas tertinggi dalam memastikan keselamatan penerbangan. Dalam situasi darurat, pilot berhak menyimpang dari instruksi ATC jika diperlukan untuk menjaga keselamatan pesawat dan penumpangnya.
Bahasa yang digunakan dalam operasi ATC diatur oleh International Civil Aviation Organization (ICAO). Sesuai dengan standar ICAO, komunikasi ATC harus dilakukan dalam bahasa Inggris atau bahasa lokal yang digunakan oleh stasiun darat. Meskipun bahasa lokal lazim digunakan di suatu wilayah, bahasa Inggris wajib digunakan apabila diminta oleh pilot atau petugas ATC lainnya.
Sejarah ATC mencatat bahwa Bandara Croydon di dekat London, Inggris, menjadi pelopor dalam memperkenalkan sistem pengendalian lalu lintas udara pada tahun 1920. Menara kontrol pertama, yang disebut ‘aerodrome control tower’, hanyalah sebuah gubuk kayu sederhana dengan jendela di keempat sisinya. Menara yang mulai beroperasi pada 25 Februari 1920 ini menyediakan informasi dasar mengenai lalu lintas, cuaca, dan lokasi kepada para pilot.
Di Amerika Serikat, perkembangan ATC terbagi menjadi tiga bagian. Dimulai pada tahun 1922, setelah Perang Dunia I, U.S. Post Office mendirikan serangkaian stasiun radio pos udara (AMRS), mengadaptasi teknik yang digunakan oleh Angkatan Darat AS untuk mengarahkan dan melacak pesawat pengintai. Stasiun-stasiun AMRS ini kemudian berevolusi menjadi flight service stations. Meskipun flight service stations modern tidak memberikan instruksi kontrol, mereka tetap menyediakan berbagai layanan informasi terkait penerbangan kepada pilot. Selain itu, mereka juga dapat menyampaikan instruksi dari ATC di wilayah-wilayah yang hanya memiliki jangkauan radio atau telepon dari flight service. Menara kontrol bandara pertama di AS, yang mengatur kedatangan, keberangkatan, dan pergerakan pesawat di permukaan, dibuka di Cleveland pada tahun 1930. Kemudian, fasilitas approach- dan departure-control didirikan setelah radar mulai digunakan secara luas pada tahun 1950-an untuk memantau dan mengendalikan lalu lintas udara di sekitar bandara-bandara besar. Air route traffic control center (ARTCC) pertama, yang bertugas mengarahkan pergerakan pesawat antar bandara keberangkatan dan tujuan, dibuka di Newark pada tahun 1935, diikuti oleh Chicago dan Cleveland pada tahun 1936.
Tragedi tabrakan udara di Grand Canyon pada tahun 1956, yang merenggut nyawa seluruh penumpang dan awak pesawat (128 orang), menjadi titik balik yang mendorong pemerintah AS untuk memberikan tanggung jawab penuh atas pengendalian lalu lintas udara kepada FAA (Federal Aviation Administration) pada tahun 1958. Langkah ini kemudian diikuti oleh negara-negara lain di seluruh dunia. Pada tahun 1960, Inggris, Prancis, Jerman, dan negara-negara Benelux membentuk Eurocontrol dengan tujuan untuk menggabungkan wilayah udara mereka. Upaya kolaborasi pertama dan satu-satunya dalam menggabungkan petugas pengendali dari berbagai negara adalah melalui Maastricht Upper Area Control Centre (MUAC), yang didirikan oleh Eurocontrol pada tahun 1972 dan mencakup wilayah udara Belgia, Luksemburg, Belanda, dan Jerman barat laut. Pada tahun 2001, Uni Eropa (UE) mencanangkan inisiatif ‘Single European Sky’ dengan harapan dapat meningkatkan efisiensi dan mencapai skala ekonomi yang lebih besar dalam pengelolaan lalu lintas udara.
Di Uni Soviet, layanan air traffic control pertama kali diorganisasikan pada tahun 1929 di rute udara Moskow – Irkutsk. Pada tahun 1930, area-area kontrol mulai didefinisikan di sepanjang seluruh rute udara yang ada.
Pengendalian lalu lintas udara di lingkungan bandara dilakukan melalui pengamatan visual dari menara kontrol bandara. Menara ini biasanya merupakan bangunan tinggi dengan jendela-jendela besar yang memungkinkan petugas ATC untuk memantau pergerakan pesawat dan kendaraan di bandara. Para petugas ATC, yang sering disebut sebagai ‘controller’, bertanggung jawab untuk memastikan pemisahan antar pesawat dan kelancaran pergerakan pesawat dan kendaraan di taxiway dan runway bandara, serta pesawat yang terbang di sekitar bandara (biasanya dalam radius 5 hingga 10 nautical miles atau sekitar 9 hingga 19 kilometer). Seorang controller harus memiliki kemampuan untuk menerapkan aturan dan prosedur secara tepat dan efektif, serta mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan situasi, seringkali di bawah tekanan waktu. Studi menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai controller memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan lain pada umumnya, yang disebabkan oleh karakteristik unik dari pekerjaan ini.
Sebagai alternatif, remote and virtual tower (RVT) menawarkan solusi inovatif dengan memungkinkan petugas ATC untuk mengendalikan lalu lintas udara dari lokasi yang berbeda dengan bandara. Sistem ini memungkinkan pengendalian lalu lintas udara dilakukan dari jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi modern.
Ground control, yang juga dikenal sebagai ground movement control (GMC), bertanggung jawab atas pergerakan pesawat dan kendaraan di area pergerakan bandara. Untuk membantu tugas mereka, beberapa bandara yang lebih sibuk dilengkapi dengan surface movement radar (SMR).
Air control, atau yang dikenal oleh pilot sebagai tower control, memiliki tanggung jawab atas runway yang sedang aktif digunakan.
Clearance delivery merupakan posisi yang bertugas mengeluarkan izin rute (route clearances) kepada pesawat, biasanya sebelum pesawat mulai bergerak (taxiing). Izin ini berisi informasi detail mengenai rute yang diharapkan akan diterbangi oleh pesawat setelah lepas landas.
Di Amerika Serikat, fasilitas TRACON (Terminal Radar Approach Control) juga diidentifikasi dengan kode alfanumerik tiga digit. Sebagai contoh, Chicago TRACON memiliki kode C90.
Beberapa penyedia layanan navigasi udara, seperti Airservices Australia, U.S. Federal Aviation Administration (FAA), dan Nav Canada, telah mengimplementasikan automatic dependent surveillance – broadcast (ADS-B) sebagai bagian dari sistem pengawasan mereka. Teknologi ini bekerja dengan cara yang berlawanan dengan radar konvensional. Alih-alih radar mencari target dengan menginterogasi transponder pesawat, pesawat yang dilengkapi dengan ADS-B secara otomatis ‘menyiarkan’ laporan posisinya berdasarkan data yang diperoleh dari peralatan navigasi di pesawat. Selain ADS-B, terdapat juga ADS-C (Automatic Dependent Surveillance – Contract) yang beroperasi dalam mode ‘kontrak’. Dalam mode ini, pesawat melaporkan posisinya secara otomatis atau atas inisiatif pilot berdasarkan interval waktu yang telah ditentukan. Controller juga dapat meminta laporan posisi yang lebih sering untuk mempercepat penentuan posisi pesawat dalam situasi tertentu. Namun, karena biaya untuk setiap laporan dibebankan kepada perusahaan yang mengoperasikan pesawat, permintaan laporan yang lebih sering biasanya hanya dilakukan dalam keadaan darurat. ADS-C menjadi sangat penting karena dapat digunakan di wilayah-wilayah yang sulit untuk dibangun infrastruktur radar, seperti di atas lautan. Saat ini, tampilan radar terkomputerisasi telah dirancang untuk menerima input dari ADS-C.
Radar archive system (RAS) berfungsi untuk menyimpan catatan elektronik dari seluruh informasi radar selama beberapa minggu. Data ini sangat berharga dalam operasi pencarian dan penyelamatan (search and rescue). Ketika sebuah pesawat ‘menghilang’ dari layar radar, controller dapat meninjau data radar terakhir yang diterima dari pesawat untuk memperkirakan posisi terakhir pesawat.