
Pertarungan hukum yang berkepanjangan antara Apple dan Epic Games kembali memanas, kali ini dengan keputusan yang merugikan operasi App Store milik perusahaan teknologi raksasa tersebut. Hakim Yvonne Gonzalez Rogers, dalam putusannya pada hari Selasa, menyatakan bahwa Apple dengan sengaja melanggar perintah pengadilan tahun 2021 yang bertujuan untuk menghentikan praktik anti-persaingan di App Store.
Menurut perintah setebal 80 halaman tersebut, Apple dinilai telah “menggagalkan tujuan perintah” dengan memberlakukan biaya dan hambatan baru yang terus menghambat persaingan, meskipun ada instruksi yang jelas dari pengadilan. Hakim tidak hanya menjatuhkan sanksi kepada Apple, tetapi juga merujuk masalah ini ke Kantor Kejaksaan AS untuk kemungkinan proses penghinaan pidana.
Epic Games, yang pertama kali menggugat Apple pada tahun 2020 atas pembatasan dan komisi App Store, menggambarkan perilaku Apple baru-baru ini sebagai upaya terang-terangan untuk menulis ulang aturan. Pengadilan setuju, menyoroti dokumen dan kesaksian internal Apple yang mengungkap upaya terkoordinasi untuk mempertahankan miliaran pendapatan App Store dengan kedok kepatuhan.
Menurut dokumen tersebut, Wakil Presiden Keuangan Apple, Alex Roman, terbukti berbohong di bawah sumpah. Dokumen internal bertentangan dengan kesaksian publik dan menunjukkan bahwa Apple dengan sadar memilih opsi anti-persaingan.
Dalam putusannya, Hakim menyebutkan bahwa Apple Fellow, Phil Schiller, menganjurkan kepatuhan terhadap perintah pengadilan. Namun, CEO Tim Cook justru berpihak pada tim keuangan untuk mempertahankan pendapatan, mengabaikan arahan pengadilan.
“Untuk menyembunyikan kebenaran, Wakil Presiden Keuangan, Alex Roman, berbohong di bawah sumpah. Secara internal, Phillip Schiller telah menganjurkan agar Apple mematuhi Perintah, tetapi Tim Cook mengabaikan Schiller dan malah membiarkan Kepala Pejabat Keuangan Luca Maestri dan tim keuangannya meyakinkannya sebaliknya. Cook memilih dengan buruk,” tulis Hakim Yvonne Gonzalez Rogers dalam putusannya tertanggal 30 April 2025 dalam kasus Epic Games v. Apple.
Pengadilan kini telah melarang Apple mengenakan komisi 27% untuk pembelian eksternal dan memerintahkan perusahaan untuk segera menghentikan campur tangan terhadap kemampuan pengembang untuk mengkomunikasikan opsi pembayaran alternatif kepada pengguna.
Hakim secara khusus menyoroti penggunaan “layar menakut-nakuti” halaman penuh oleh Apple yang dirancang untuk mencegah pengguna meninggalkan alur pembayaran App Store, persyaratannya agar pengembang menggunakan URL statis dan non-dinamis saat menautkan ke metode pembayaran alternatif, dan kebijakannya untuk tetap mengklaim komisi atas pembelian web yang dilakukan di luar App Store.
Pengadilan menemukan bahwa pilihan desain ini direkayasa untuk memperkenalkan friksi dan menekan konversi pengguna. Dengan mewajibkan URL statis, Apple membatasi kemampuan pengembang untuk menyampaikan data kontekstual atau mempersonalisasi alur pembayaran, yang merupakan praktik umum dalam e-commerce modern. Sementara itu, layar menakut-nakuti berfungsi untuk mencegah pengguna menyelesaikan transaksi eksternal, yang merusak maksud dari perintah, yaitu untuk memungkinkan persaingan yang berarti di luar sistem pembayaran dalam aplikasi Apple.
Hakim menggambarkan perilaku Apple sebagai upaya terang-terangan untuk menghindari otoritas pengadilan, dengan menulis bahwa tanggapan perusahaan “membebani kredibilitas” dan sama dengan penutupan yang tampaknya diyakini Apple tidak akan ditemukan oleh pengadilan.
Menanggapi putusan tersebut, Pendiri dan CEO Epic Games, Tim Sweeney, mengklaim kemenangan di media sosial:
“TANPA BIAYA untuk transaksi web. Game over untuk Pajak Apple. Biaya sampah 15-30% Apple sekarang sama matinya di Amerika Serikat seperti di Eropa di bawah Undang-Undang Pasar Digital. Melanggar hukum di sini, melanggar hukum di sana. 4 tahun 4 bulan 17 hari.”
Kasus ini bermula ketika Epic Games mencoba menghindari biaya 30% yang dikenakan Apple untuk pembelian dalam aplikasi di App Store dengan menerapkan sistem pembayaran langsung di dalam game Fortnite. Apple segera menghapus Fortnite dari App Store, yang memicu gugatan dari Epic Games.
Epic Games berpendapat bahwa Apple menggunakan dominasinya di pasar aplikasi seluler untuk menekan persaingan dan memeras pengembang. Apple membantah tuduhan tersebut, dengan alasan bahwa biaya App Store diperlukan untuk menjaga keamanan dan kualitas platform.
Meskipun pengadilan memutuskan sebagian besar mendukung Apple pada tahun 2021, pengadilan juga memerintahkan Apple untuk mengizinkan pengembang mengarahkan pengguna ke opsi pembayaran alternatif. Namun, Epic Games berpendapat bahwa Apple tidak sepenuhnya mematuhi perintah tersebut.
Putusan terbaru ini merupakan kemenangan besar bagi Epic Games dan pengembang lain yang berjuang untuk persaingan yang lebih adil di App Store. Ini juga merupakan pukulan bagi Apple, yang telah lama membela kendalinya atas ekosistem App Store.
Sengketa antara Epic Games dan Apple menyoroti masalah yang lebih luas tentang kekuatan perusahaan teknologi besar dan dampaknya terhadap persaingan dan inovasi. Ketika ekonomi digital terus berkembang, semakin penting bagi regulator dan pembuat undang-undang untuk memastikan bahwa pasar tetap adil dan kompetitif.
Putusan ini juga dapat memiliki implikasi yang signifikan bagi masa depan App Store. Jika Apple diharuskan untuk mengizinkan opsi pembayaran alternatif, itu dapat mengurangi pendapatan perusahaan dan memberi pengembang lebih banyak fleksibilitas dalam menetapkan harga dan mendistribusikan aplikasi mereka.
Namun, ada juga potensi kelemahan. Beberapa ahli khawatir bahwa mengizinkan opsi pembayaran alternatif dapat meningkatkan risiko penipuan dan malware. Selain itu, ini dapat membuat App Store menjadi kurang ramah pengguna dan lebih sulit untuk dinavigasi.
Pada akhirnya, dampak dari putusan ini akan bergantung pada bagaimana Apple memilih untuk merespons. Perusahaan dapat memilih untuk mengajukan banding atas putusan tersebut atau dapat mencoba untuk menegosiasikan kesepakatan baru dengan Epic Games. Apa pun yang terjadi, sengketa antara kedua perusahaan ini kemungkinan akan terus membentuk lanskap aplikasi seluler selama bertahun-tahun yang akan datang.
Keputusan hakim dalam kasus Epic Games v. Apple ini bukan hanya sekadar kemenangan bagi Epic Games. Lebih dari itu, ini adalah pesan yang jelas bagi Apple dan perusahaan teknologi besar lainnya bahwa mereka tidak kebal terhadap hukum dan bahwa mereka harus bersaing secara adil.
Dampak jangka panjang dari putusan ini masih harus dilihat, tetapi tidak dapat disangkal bahwa itu merupakan momen penting dalam pertarungan untuk persaingan dan inovasi di ekonomi digital.
Selain implikasi hukum dan komersial, kasus Epic Games v. Apple juga menimbulkan pertanyaan mendasar tentang peran perusahaan teknologi besar dalam masyarakat. Seberapa besar kekuatan yang harus mereka miliki? Dan bagaimana kita dapat memastikan bahwa mereka menggunakan kekuatan mereka secara bertanggung jawab?
Pertanyaan-pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang mudah, tetapi penting untuk terus membahasnya saat kita bergulat dengan tantangan dan peluang ekonomi digital.
Sebagai penutup, putusan dalam kasus Epic Games v. Apple merupakan perkembangan signifikan yang memiliki potensi untuk membentuk kembali lanskap aplikasi seluler dan ekonomi digital secara keseluruhan. Ini adalah kemenangan bagi Epic Games, tetapi juga merupakan kemenangan bagi pengembang, konsumen, dan siapa pun yang percaya pada persaingan dan inovasi.