Skip to content

emka.web.id

menulis pengetahuan – merekam peradaban

Menu
  • Home
  • Tutorial
  • Makalah
  • Ke-NU-an
  • Kabar
  • Search
Menu

Guru Gembul: Pacaran Menurut Sains Itu Baik?

Posted on May 12, 2025 by syauqi wiryahasana

Tradisi pacaran, yang kini kerap dianggap tabu oleh banyak ulama, ternyata memiliki akar dalam sejarah Islam. Guru Gembul dalam video YouTube-nya menjelaskan bahwa dahulu, pacaran merupakan simbol yang sangat dianjurkan, bahkan mungkin diwajibkan, sebelum mengalami pergeseran makna dan praktik seperti yang kita kenal sekarang.

Dahulu kala, ketika seorang pria melamar seorang wanita, wanita tersebut tidak boleh didekati oleh pria lain. Namun, masalahnya adalah bagaimana cara menginformasikan status lamaran tersebut kepada masyarakat luas? Maka muncullah tradisi “pacar” atau hena. Hena, pewarna alami untuk tato temporer, digunakan oleh wanita yang telah dilamar sebagai tanda bahwa mereka tidak boleh didekati lagi. Dengan demikian, “pacaran” pada masa itu adalah penanda khitbah, pertanda bahwa seorang wanita telah dilamar dan akan segera menikah. Jeda waktu antara lamaran dan pernikahan, yang biasanya berlangsung antara satu hingga tiga bulan, sesuai dengan durasi hena bertahan di kulit.

Guru Gembul juga menyoroti bahwa banyak ustaz di Indonesia cenderung memberikan doktrin tanpa memberikan solusi atau pemahaman mendalam. Ia mengajak para penonton untuk melihat pacaran dari perspektif yang lebih luas, mempertimbangkan apakah praktik ini masih relevan di zaman sekarang.

Manusia, sebagai bagian dari spesies, memiliki dorongan kuat untuk bereproduksi. Dorongan ini sering kali lebih kuat daripada kesadaran individu. Namun, beban reproduksi hampir sepenuhnya ditanggung oleh wanita. Untuk mengatasi ketidakseimbangan ini, alam semesta menciptakan mekanisme tambahan, yaitu pernikahan. Pernikahan adalah janji setia untuk bereproduksi secara sehat, sebuah tradisi universal yang bertujuan untuk melindungi dan menafkahi wanita selama masa-masa kritis reproduksi.

Dahulu, pernikahan bukan hanya urusan dua individu, tetapi juga melibatkan keluarga besar dan masyarakat. Pernikahan dilangsungkan begitu seorang wanita atau pria dianggap mampu bereproduksi. Akibatnya, pernikahan usia muda menjadi hal yang lumrah, dan tidak ada kebutuhan untuk berpacaran.

Namun, zaman telah berubah. Saat ini, pria dan wanita dipaksa untuk menunda pernikahan demi pendidikan, karir, dan kesehatan. Di sisi lain, hasrat seksual mereka sedang tinggi-tingginya. Kesenjangan ini memicu munculnya fenomena pacaran sebagai pelampiasan hasrat seksual yang belum bisa disalurkan melalui pernikahan.

Guru Gembul menekankan bahwa di era modern, pernikahan telah menjadi urusan pribadi, tidak lagi terikat pada alasan reproduksi sebagai bagian dari masyarakat. Selain itu, seks dan reproduksi telah terpisah berkat adanya alat kontrasepsi. Perubahan-perubahan ini memunculkan pertanyaan tentang etika baru dalam hubungan lawan jenis.

Negara-negara Barat telah mengadopsi etika baru yang lebih liberal, seperti seks tanpa pernikahan dan pernikahan tanpa izin orang tua. Sementara itu, Indonesia masih terjebak dalam doktrin lama tanpa mampu memberikan jawaban yang relevan terhadap perubahan zaman. Guru Gembul tidak menghakimi apakah pacaran itu halal atau haram, melainkan mengajak untuk mendekonstruksi pemahaman yang ada dan mempertimbangkan apakah kita perlu menciptakan etika baru yang sesuai dengan realitas saat ini.

Pada akhirnya, Guru Gembul mengajak para penonton untuk berdiskusi dan memberikan pendapat mereka tentang isu pacaran ini. Ia menekankan pentingnya mengambil keputusan etika yang tepat agar tidak terjebak dalam dosa yang lebih besar akibat ketidaksesuaian antara doktrin lama dan realitas modern.

Sumber: Guru Gembul Official. (2024, 18 Januari). PACARAN ITU HARAM?? INILAH FAKTA SEJARAHNYA [Video]. YouTube. https://www.youtube.com/watch?v=jj2PuJNxDYk

Meta deskripsi: Pacaran haram? Temukan fakta sejarahnya dan diskusikan etika hubungan lawan jenis di era modern. Bagaimana menurut Anda?

Keywords: pacaran, pernikahan, khitbah, reproduksi, etika

Terbaru

  • Guru Gembul: Pacaran Menurut Sains Itu Baik?
  • G30S Jadi Revolusi Gagal atau Memang Rencana Soeharto?
  • Film Jumbo 9,2 Juta Penonton: Faktor Fluke Effect, Apa itu?
  • Sejarah Wahana Tianwen-1 China Mendarat di Mars
  • Pengertian dan Sejarah Mesin Linotype (Mesin Cetak Baris)
  • Apa itu Negara Mikronesia? Tetangga Rese Indonesia?
  • Apa itu Virus Tumbuhan (Plant Virus)?
  • Nio Perkenalkan Mobil Listrik ES6, EC6, ET5 dan ET5T
  • Mobil Prototipe Huawei Stelato S9 Kena Foto Netizen Lagi, Lebih Canggih?
  • Honda Dihajar BYD Di Indonesia, Turun Parah di April 2025
  • Konami Adakan Event Ulang Tahun ke 8 eFootball Mobile
  • Apa Itu RUU Keamanan dan Ketahanan Siber (RUU KKS)?
  • Pabrik Prosesor China Hygon Kini Buat CPU Server 128 Core
  • Standard Chartered: Mimpi Bitcoin 120 Ribu Dollar itu Terlalu Rendah
  • Palantir Masuk Top 10 Perusahaan Amerika, Kenapa?
  • Puji Tuhan, Paus Leo XIV Disahkan Jadi Paus Pertama dari Amerika
  • Ubuntu 25.10 Akan Pakai Sudo Baru dari Bahasa Rust
  • KDE Gear 25.04.1 Dirilis Juga, Ini yang Baru
  • Nopek Semangat Lagi, Podcast Wani Thok Episode 10
  • Sejarah Tank Panser Selbstfahrlafette 10.5 cm K
RSS Error: WP HTTP Error: cURL error 35: OpenSSL SSL_connect: SSL_ERROR_SYSCALL in connection to blog.emka.web.id:443
  • Guru Gembul: Pacaran Menurut Sains Itu Baik?
  • G30S Jadi Revolusi Gagal atau Memang Rencana Soeharto?
  • Film Jumbo 9,2 Juta Penonton: Faktor Fluke Effect, Apa itu?

©2025 emka.web.id | Design: Newspaperly WordPress Theme